Ironi, ada yang kebanyakan pengangguran, tapi ada pula yang kebanyakan lowongan lapangan kerja, hingga krisis tenaga kerja.
Sesekali rasanya sangat penting kita diskusi dengan hati sendiri. Atau mungkin diskusi dengan multi simpul masyarakat sesama anak bangsa. Terhadap beberapa pertanyaan klasik yang belum terurai solusinya.
Contoh ;
1. Kenapa di negeri kita masih banyak pengangguran padahal di negeri jiran sebaliknya justru krisis tenaga kerja. Karena banyak pengangguran lalu jadi TKI dan diberdayakan negara tetangga agar produktif nyata ?
Jawabnya, akibat permintaan tenaga kerja di dalam negeri kurang banyak. Lowongan kurang banyak. Yang menciptakan lapangan kerja kurang banyak. Ibarat hukum pasar, antara permintaan dan penawaran tidak seimbang.
2. Kenapa jumlah pencipta lapangan kerja kurang banyak, tidak sebanding antara permintaan lapangan kerja dengan daya suplai tenaga kerja, jauh lebih banyak yang diproduksi dan disodorkan oleh supplier nya tenaga kerja, dibandingkan yang ” meminta ” tenaga kerja ?
Jawabnya, tentu ada 2 komponen utama yaitu SDM pencipta lapangan kerja yang menjalankan usaha dan iklim usaha itu sendiri yang menjadikan dunia usaha bergairah dinamis produktif. Jika dirunut lebih dalam lagi. Itulah yang harus didiskusikan dan dieksekusi. Hingga membumi perubahannya.
3. Kenapa Fakultas dan Prodi Kewirausahaan di negeri ini jumlahnya sangat sedikit. Perannya cetak pengusaha. Hingga berdampak jumlah pengusaha terendah hanya 3,41% (Kemen Kop UKM). Terendah dibandingkan negara tetangga. Mereka krisis tenaga kerja karena terlalu banyak lowongan kerja yang diciptakan oleh pengusaha ?
Jawabnya, sesuai selera masing – masing. Patut jadi bahan diskusi dengan hati. Atau bahan diskusi dengan sesama pemerhati negeri ini agar segera dieksekusi jadi solusinya. Bukan hanya diskusi lomba ngeles, apalagi hingga merasa hatinya terusik karena menyangkut dunia akademisi dan iklim usaha milik pemerintah. Makin lucu lagi. Hehe.
Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
Hp 081586580630