Mon. Jun 23rd, 2025

Pandemi covid 19 dan perang Rusia Ukraina, telah mendongkrak harga pupuk kimia NPK dari Rp 360.000/zak isi 50 kg, berubah jadi Rp 750.000/zak atau Rp 15.000/kg sampai kebun.

Dosis lazim 7,5 kg/pokok tanaman keras/tahun. Atau kalau sawit 1 ton/ha/tahun. Otomatis biayanya Rp 15 juta/ha/tahun. Belum lagi herbisida dan BBM yang naik menambah biaya produksi.

Sisi lain, sejak Mei 2022 ada larangan ekspor. Harga sawit ambruk. Petani sawit jadi korban kebijakan politik yang tanpa dasar telaah staf data fakta lapangan. Duuuh, nasibmu petani sawit Indonesia.

Harga Maret Rp 3.800/kg, saat ini Rp 1.800/kg. Sekalipun janji pemerintah kembali minimal Rp 3.000/kg. Padahal biaya produksi petani umumnya Rp 1.800/kg. Remis. Saat biaya hidup pada naik.

Solusinya menekan biaya produksi dan mempertahankan volume produksi. Dari pupuk NPK. Parsial diganti pupuk organik diperkaya mikroba/hayati. Idealnya gratis. Caranya integrasi dengan ternak sapi.

Sapi 400 kg, menghasilkan feses minimal 10x lipatnya berat badan hidup (BBH)/tahunnya. Atau 4 ton kering angin. Urine minimal 8x lipatnya BBH atau 3.200 liter/tahun. Jika 4 ekor sapi/ha setara NPK 750 kg/ha/tahun.

Selain itu, juga meniadakan anggaran herbisida. Karena gulma rumput liar jadi pakan sapi. Bisa diperkuat kadar protein kasar (PK) nya dengan limbah pabrik kelapa sawit (PKS) yaitu bungkil dan solid.

Sisi lain lagi, saat biaya produksi kebun tertekan. Juga menekan biaya produksi sapi, saat harga sapi makin melambung tinggi. Lahan makin subur karena diperkaya C Organik sebagai nyawanya tanah dari feses sapi.

Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
Hp 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *