Tue. Jun 24th, 2025

Bukan Indonesia saja yang prihatin soal pangan. Tapi semua negara saat ini sedang serius mengantisipasi pangan, energi, keuangan dan tenaga kerja.

Pangan di Indonesia saat ini hanya akibat dari kebijakan politik masa lalu dan sekarang sedang berjalan. Orientasi politik pangan murah lalu impor jadi andalannya.

Maka petani kalah. Akibat dari harga pokok produksi (HPP) kita tinggi. Misal gula di Brasil, India dan Thailand bisa jual Rp 5.000/kg. Di Indonesia Rp 11.000/kg.

Lucu saja. Kalau kita negara tropis banyak potensi bahan karbohidrat. Misal sagu, umbi – umbian. Tapi justru impor gandum 11 juta ton/tahun, jagung dan lainnya.

Makin lucu, impor pangan ratusan triliun per tahun. Sebagian, makin besar impornya. Misal sapi, gandum, gula dan kedelai. Sisi lain justru kita ekspor tenaga potensial penghasil pangan jadi TKI.

Inilah masalah yang sesungguhnya. Akar pangkal masalahnya. Manusia praktisinya makin sedikit. Jika praktisinya makin sedikit, tapi luas tanam tetap atau makin luas indeksnya dan makin inovatif. Akan lebih baik.

Alternatif solusinya ;

1. Transformasi secara konkret pemberdayaan anak muda jadi petani inovatif dengan indeks kepemilikan lahan yang lebih luas. Mengelola usaha pangan di lahan dengan jiwa pengusaha, aplikasi inovasi agar tidak hanya di lemari peneliti saja.

2. Politik harus reorientasi. Harus berpihak ke praktisi, didukung apapun kebijakannya yang membuat HPP rendah lalu bisa kompetitif dibanding impor. Pemberdayaan masyarakat jadi utama dan pertama. Bukan impor demi murah semata.

Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
Hp 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *