Ada 5 Konglomerat Indonesia yang saya kenal baik dan hubungannya cukup dekat. Yang saya tahu mereka semuanya sungguh rendah hati. Persis padi, makin berisi makin menunduk.
Kelimanya yang saya tahu juga nampak sekali humanisnya, tinggi sekali kepeduliannya kepada sesama manusia. Bahkan dengan hewan terasa sayangnya, misal dengan sapi miliknya.
Begitu juga dengan Bapak H. Abdul Rasyid, putra daerah Pangkalan Bun Kalteng. Semalam saya diundang nyantai seharian sejak jam 11.00 hingga jam 15.00 ngobrol ketawa ngakak.
Di vilanya nan asri di Pangkalan Bun Kalteng. Di atas bukit, dikelilingi hutan rimba dan danau yang sengaja dilestarikan. Ratusan sapi mengitari vila yang dipagar keliling. Indah sekali.
Sungguh mengharukan. Saya bersama Bapak H. Jamher dijamu makan bersama keluarganya lengkap dengan anak cucunya. Anak – anaknya pada lulusan perguruan tinggi di luar negeri. Pada fasih bahasa asing. Sudah ikut terlibat operasional usaha.
Saya manfaatkan waktu dengan baik menyimak dengan saksama beliau berkisah. Dari keluarga miskin, sejak usia 21 sudah belajar dagang. Sekolah sambil menderes karet tentu perjalanan kaki yang tidak dekat.
Pernah bangkrut hingga nol. Bahkan sepeda motor butut pun dijualnya. Beberapa kali mengatakan ” Saya boleh tidak punya uang, tapi saya tidak boleh ingkar jika ada utang, utang harus dilunasi. Modal usaha adalah kepercayaan “.
Saat ini usahanya besar sekali. Karyawannya 35.000 orang. Luas sawitnya perkiraan saya 178.000 ha. Punya pesawat jet dan heli pribadi. Stafnya banyak lulusan pasca sarjana. Walaupun beliau mengaku lulusan SMP.
Saran saya ke beliau sama persis saran saya ke para konglomerat lainnya. Yaitu ” Agar membangun kampus yang targetnya hanya melahirkan pengusaha “. Sekalipun sudah punya SD, SMP dan SMA di tengah kebun sawit integrasi sapi.
Nampaknya sama juga dengan 4 orang Konglomerat lainnya. Beliau Bapak H. Abdul Rasyid akan membangun Kampus di Pangkalan Bun 2 tahun lagi, lahannya sudah disiapkan 26 ha. Hatiku bahagia mendengarnya. Saya diminta terlibat dalam hal ini.
Karena negeri kita ini kurang sangat banyak sekali praktisi/pengusaha inovatif. Sebagai pencipta lapangan kerja agar tiada pengangguran dan TKI, agar pajaknya besar jadi APBN, agar lahan terlantar jadi penghasil devisa atau pangan dan lainnya.
Bapak H. Abdul Rasyid berpesan agar saya dan praktisi lainnya. Tiada henti mengajak anak muda menjadi pengusaha. Kita akan bisa berbagi ilmu, pengalaman, dana atau apapun wujudnya. Jika kita punya duluan. Maka berbuatlah. Tularkan pengalamannya. Itu ujarnya.
Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
Hp 081586580630