“Dengan segala kerendahan hati, saya mengucapkan banyak terima kasih atas partisipasinya ribuan masyarakat yang ikut polling pemilihan Tokoh Sawit Indonesia oleh Majalah Sawit Indonesia, sehingga saya terpilih jadi salah satu Tokoh Sawit Indonesia 2021. Pertama di Indonesia acara seperti ini.”
Ini menandakan petani sudah mulai disetarakan. Dihargai kontribusi, dedikasi dan upaya inovatifnya. Berarti pula petani harus makin membekali diri. Supaya punya daya tawar dalam segala bidang, termasuk kebijakan nasional.
Tahun 1911 sawit mulai ditanam secara komersial ribuan hektar. Sebelumnya sebatas tanaman hias di Bogor dan bahan penelitian. Tahun 1916 Lembaga Riset Sawit didirikan di Medan sekaligus pendidikan fokus sawit dan tahun 1920 ekspor perdana CPO 1.000 ton.
Artinya pondasi sawit telah dirancang dengan hebat untuk masa depan panjangnya. Baik itu sumber daya manusianya, riset dan inovasi maupun pemasaran globalnya. Jelas dipersiapkan manfaatnya sawit untuk kebaikan umat manusia sedunia. Luar biasa.
Saat ini, berkat kegigihan dan kecintaan semua pihak. Sawit Indonesia terluas di dunia 16,38 juta ha. Mengkaryakan 16 juta KK lebih. Jadi sentra pertumbuhan ekonomi. Minimal 200 kota kecamatan dan ibu kota kabupaten terbangun karena hamparan sawitnya.
Di pasar global, sawit tiada henti dimusuhi oleh pesaingnya yaitu bunga matahari dan kedelai. Sama persis dengan kelapa tahun 1990 an isunya tidak sehat, saat ini jadi idola dunia. Sama dengan kakao, kayu dan sapi juga dimusuhi dianggap merusak hutan.
Seolah mereka ingkar dengan fakta bahwa sawit justru melestarikan lingkungan. Jutaan hektar semak belukar bekas pembalakan liar, kawasan hutan tanpa kayu lagi dan bekas tambang jadi hamparan hijau sawit penghasil oksigen sekaligus menyejahterakan masyarakat sekitar.
Setidaknya saya sendiri, puluhan hektar bekas tambang pasir puluhan tahun jadi sumber masalah. Saat ini jadi sumber oksigen, alam lestari, sumber pendapatan masyarakat sekitar dapat pekerjaan hingga anggaran saya untuk gajian saja di atas Rp 300 juta/bulannya.
Ini berkat saya implementasikan inovasi remediasi. Mengembalikan kesehatan dan kesuburan tanah pola integrasi dengan sapi. Lahan tandus pasca tambang saya aplikasikan jumlah banyak bahan organik limbah ternak sapi dengan diperkaya biang mikroba (Bio Extrim Hormax).
Jadilah kembali subur cacing kembali berbiak. Biaya produksi turun drastis pupuk kimia 25% dari lazimnya. Produktivitasnya naik tajam karena memakai benih legal hasil inovasi Puslit. Harga pokok produksi (HPP) rendah hanya Rp 480/kg, lazimnya Rp 1200/kg, padahal jualnya sama Rp 3.400/kg.
Sungguh, sawit adalah anugerah Tuhan untuk Indonesia. Mulai BBM mobil, isi kamar mandi dan dapur bahkan di apotik di seluruh dunia. Semua berbahan baku dari sawit. Hingga nilai ekspor tahun 2022 saya prediksi goal Rp 450 triliun. Masih membendung impor solar minimal Rp 54 triliun karena B30. Luar biasa.
Untuk itu agar sawit tidak bernasib seperti tebu, lada, kopi, teh, kakao dan sapi. Maka sawit harus kita jaga keberlanjutannya. Kita, utamanya anak muda harus tahu diri hal itu dan cinta pekat ke sawit. Bekali diri inovatifnya dan siap bersaing di pasar global dengan siapa atau produk atau negara manapun juga.
Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630