Mengutip data Global Entrepreneurship Monitor (GEM) 2025. Bahwa di Indonesia Total Early – Stage Entrepreneurial Activity (TEA) 25,5%, Malaysia hanya 2,5. Indonesia terbanyak di Asia Tenggara.
Pertanda sangat banyak anak muda Indonesia yang minat jadi pengusaha, berarti mulai terbangun kesadaran betapa sangat pentingnya peran pengusaha hingga dirindukan banyak anak muda. Membanggakan.
Berikut ini saya berikan contoh kisah nyata bisa diambil ilmu hikmahnya. Sehingga jadi bahan pembelajaran untuk menguatkan minat dan mempertahankan agar tidak patah semangat jadi pengusaha.
1). Di Madiun.
Seorang sahabat anak muda pengusaha beras porang diekspor, memberdayakan karyawan 360 an orang dan ribuan petani plasma. Dulu daya belinya rendah, jadi tinggi karena punya pendapatan. Banyak sarjana direkrut, walaupun dia alumni STM. Produktif dinamis.
2). Di Depok.
Seorang sahabat peternak jumlah karyawan 600 lebih, kandang 7 lokasi dan industri pentol bakso sekaligus toko daging 5 lokasi. Terjual 43.000 ekor sapi/tahun, jumlah transaksi Rp 1,3 triliun/tahun dana BRI, lokomotif perekonomian bangsa. Tentu pajak untuk APBN besar, bisa buat gajian ASN/TNI/Polri.
3). Di Cibubur.
Seorang sahabat anak muda industriawan pisang cavendish, 8 tahun lalu masih karyawan sering ngajak diskusi di rumah saya Cibubur. Sekarang petani plasma ribuan, ekspansi hingga di Sulawesi. Ribuan hektar lahan jadi produktif, diekspor.
Berikut ini kisah nyata sebaliknya, bisa juga diambil ilmu hikmahnya, kaya makna pembelajaran kehidupan. Bahan kaji ulang betapa sangat pentingnya iklim usaha dan betapa menyakitkan dampaknya jika pengusaha berhenti usahanya.
1). Di Bekasi.
Seorang sahabat pengusaha ekspedisi, mengirim produk pabrik ke berbagai daerah. Armada 60 an unit dan karyawan 150 an orang. Macet. Padahal cuma rekanan pabrik. Karena pabrik tutup, ribuan karyawan di PHK. Berkisah KPR rumah karyawannya pada macet juga.
2). Di Jember dan Banyuwangi.
Kasus perceraian sangat tinggi akibat banyak jadi TKI. Ribuan keluarga. Karena sulitnya mencari kerja, terlalu sedikit jumlah pengusaha pencipta lapangan kerja, alumni perguruan tinggipun ikut jadi pengangguran hingga 12,3% dari total pengangguran terbuka 7,6 juta.
3). Korelasi Pengusaha dan Pendapatan Per Kapita.
Kenapa Singapura daya beli tinggi, tentu karena pendapatan per kapita (PDB/kapita) tinggi hingga USD 90.000, karena jumlah pengusahanya 7,86%. Malaysia PDB/kapita USD 12.000 karena pengusahanya 4,6% dan Indonesia PDB/kapita hanya USD 4,900 karena pengusahanya hanya 3,41%.
Ilmu hikmah dari kisah di atas :
1). Ternyata dengan hadirnya 3 pengusaha di Madiun Depok dan Cububur mampu menyerap ribuan pengangguran jadi produktif, masyarakat ayem tentrem damai tanpa banyak kriminal dan pajak untuk negara besar.
2). Kisah di Bekasi usaha yang tutup berdampak sangat serius bagi masyarakatnya. Jika pendidikan dan iklim usaha tidak merangsang terbentuknya pengusaha maka akan banyak TKI lalu korbanbya besar.
3). Jka pendidikan kita bisa melahirkan banyak pengusaha maka pengangguran tidak banyak, daya beli masyarakat tinggi karena pendapatan per kapita naik, semua produktif. Kisah perbandingan Indonesia, Malaysia dan Singapura di atas.
Salam Mandiri 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630