Wayan Supadno
Hari ini 1 Suro, bagi masyarakat Jawa hari pertama ” Kalender Jawa “. Titik kulminasi antara tahun berlalu dan tahun akan dilalui. Momentum Penting. Apalagi bagi masyarakat Jawa, hari ini dianggap keramat.
Karena momentum titik kulminasi dan dikeramatkan. Oleh orang – orang bijak dimanfaatkan untuk ” Mulat Sariro Ngrogoh Sukmo “. Mulat sariro artinya melihat diri sendiri. Ngrogoh sukmo artinya menyelami jiwanya sendiri.
Berikut ini contoh konkret, bisa diambil ilmu hikmahnya untuk pembelajaran diri, ilmu hikmah adalah ” ilmu tua sari dari kisah nyata “, agar bijak bersikap. Bukan hanya sekedar pintar teori saja, tapi juga mampu mempraktikkan kepintarannya.
1). Mr A.
Sejak mampu memaknai 1 Suro, mau rileksasi jiwanya di hari ini sejak semalam. Karena sangat tidak mudah bagi orang yang biasanya aktif, seketika agar istirihat total panca indra dan hati maupun batinnya. Meredam ambisi hidupnya. Semeleh.
Tapi mau atau tidak mau, harus diawali berubah dari diri sendiri, sedini mungkin. Berubah tidak mau lagi mengemas diri dengan simbol – simbol agama, agar dianggap paling agamis oleh publik. Hanya agar ” dianggap paling beragama saja “.
Misal saja cara berpakaian, cara bertutur kata harian jika di depan masyarakat maupun posting di medsos atau mungkin perilakunya menganggap orang lain tidak pantas jadi sahabatnya karena ” dianggap calon penghuni neraka “.
Padahal sikapnya itulah, bisa jadi penghuni neraka, karena tidak mampu menyayangi yang di bumi lalu yang di langitpun malas menyayangi juga. Padahal penentu final yang ada di langit, tak ubahnya Pelacur bisa masuk surga hanya karena menolong anjing kehausan saja.
Faktanya masih doyan ” uang haram “, walaupun dengan ” daging haram/Babi ” tidak mau. Itu pasti yang paling tahu dirinya sendiri. Maka peran mulat sariro ngrogoh sukmo 1 Suro terasa teramat pentingnya. Korupsi dianggap lazim karena banyak temannya.
Yang tahu halal atau haram saat korupsi, tentu dirinya sendiri. Hati Nurani adalah Hakim paling adil, karena saksi hidup atas perbuatan dirinya sendiri. Korupsi dilakoni lalu dikumpulkan demi bisa mewarisi harta banyak kepada anak cucunya.
Tingkah super jahat seperti di atas, seolah “tidak percaya” kalau anak cucunya bisa mencari rezeki sendiri. Seolah anak cucunya “teramat bodoh”, tidak bisa menafkahi diri sendiri. Makanya mau korupsi. Mau mempertaruhkan “kehormatan” nama harum keluarga besarnya.
2). Mr B.
Berkat mau mulat sariro ngrogoh sukmo, melihat dirinya sendiri perilakunya selama ini dan menyelami jiwanya sendiri. Diskusi dengan Hati Nuraninya sendiri, di 1 Suro ini. Misal di Alas Purwo Banyuwangi, tadi malam ribuan orang berjubel hanya untuk mengenali diri sendiri.
Bisa tersadarkan diri, makin bijak cerdas ” menggembalakan ” diri sendiri. Tidak lagi mau habis energi dan waktu non produktif hanya jadi ” Manusia Toxic ” terhadap sesamanya. Sadar bahwa itu semua hanya ” limbah waktu ” aroma busuk buat sekitar dan diri sendiri. Tiada arti sama sekali.
Tersadarkan diri, merendahkan orang lain sama saja dengan ” mempertontonkan ” kesombongan diri, hanya karena merasa di atas bukit. Lupa yang dianggap kecil – kecil di bawah sana, memandang orang tersebut juga teramat kecil. Sesungguhnya, orang tersebut ” belum pantas ” menyandang segala predikatnya.
Dari uraian di atas, anak muda bisa membuat sebuah kesimpulan ilmu hikmahnya bahwa 1 Suro adalah kesempatan emas berubah. Hari ini menentukan masa depan kita. Beringin besar menaungi orang banyak karena benih teramat kecil, berubah mau jadi tunas dan seterusnya.
Salam Setia 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630