Wayan Supadno
Tidak bisa dipungkiri bahwa gairah petani padi saat ini, sejak pemerintahan Presiden Prabowo, pada mengalami motivasi yang sangat tinggi untuk menanam padi.
Konkretnya di Banyuwangi selatan di kampung kelahiran saya. Pada kembali semangat menanam padi, di sawah dan lahan milik PT Perhutani di bawah jati ditanam padi skala ribuan hektar.
Memang menarik, modal kerja Rp 18 juta/hektar dapat 6 ton GKP, laku Rp 6.500/kg setara dapat omzet Rp 39 juta/ha, laba Rp 29 juta/ha/musim 4 bulan. Profit margin 161%/4 bulan. Luar biasa.
Ini terjadi karena iklim investasi menanam padi berubah total, pupuk subsidi dan benih unggul dapat kemudahan, harga jual dikawal Rp 6,500/kg GKP dan serapan Bulog juga terus dibekali dana besar – besaran.
Artinya sarana produksi dibantu dan off taker dikendalikan. Dengan begitu maka petani akan berhitung laba ruginya. Karena dirasa menguntungkan maka pada latah positif ikutan jadi produsen beras.
Jika konsisten terus dijaga iklim investasi padi seperti ini, niscaya Indonesia jadi raja beras. Prinsipnya, jika mau swasembada beras maka pastikan petaninya dapat laba sehat. Dengan begitu ketahanan pangan akan naik tajam.
Perspektif Beras Indonesia, sebuah pandangan strategis terhadap produksi, konsumsi, distribusi dan ketahanan pangan Indonesia yang sangat bergantung pada komoditas beras.
Sebagai makanan pokok utama bagi lebih dari 90% penduduk Indonesia, beras memiliki peran sentral dalam stabilitas sosial-ekonomi dan ketahanan pangan nasional.
Data dan Fakta 2025
1). Produksi Beras.
Produksi beras nasional pada semester I 2025 diproyeksikan mencapai 18,76 juta ton, meningkat 11,17% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
2). Impor Beras.
Impor beras Indonesia pada Januari–Maret 2025 tercatat sebesar 112.123 ton, menurun 92% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
3). Stok Beras Nasional.
Cadangan beras pemerintah (CBP) mencapai rekor tertinggi dalam 57 tahun terakhir, yaitu 3,5 juta ton, tanpa adanya impor tambahan.
Pengakuan Organisasi Dunia
1). IRRI (International Rice Research Institute).
Pada tahun 2022, IRRI memberikan penghargaan kepada Indonesia atas keberhasilan mencapai swasembada beras dan meningkatkan sistem ketahanan pangan.
2). FAO (Food and Agriculture Organization)
FAO mengakui ketangguhan sektor pertanian Indonesia, termasuk dalam produksi beras, yang mampu bertahan di tengah krisis global.
Manfaat Strategis
1). Ketahanan Pangan Nasional.
Meningkatnya produksi dan cadangan beras memperkuat ketahanan pangan Indonesia, mengurangi ketergantungan pada impor.
2). Stabilitas Ekonomi.
Ketersediaan beras yang cukup membantu menjaga stabilitas harga dan inflasi, serta mendukung kesejahteraan petani.
3). Pengakuan Internasional.
Penghargaan dari IRRI dan pengakuan FAO meningkatkan reputasi Indonesia dalam sektor pertanian di kancah global.
4). Peluang Ekspor.
Dengan surplus produksi, Indonesia memiliki potensi untuk mengekspor beras ke negara lain, meningkatkan devisa.
Ilmu hikmahnya, sesungguhnya kalau mau Indonesia berubah total maka berubahlah cara mengelola iklim bisnisnya. Tak ubahnya beras di atas. Komoditas lainnya, sama juga. Agar tiada pengangguran maupun kemiskinan sehingga pendapatan per kapita dan daya beli naik tajam.
Salam Mandiri 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630