Mon. Jun 23rd, 2025

Wayan Supadno

Ilustrasi, terjadinya penurunan animo peminat anak muda untuk studi di fakultas pertanian di banyak kampus dan menurunnya minat anak muda untuk jadi petani peternak.

Ini menandakan ke depan akan kekurangan pakar ahli bidang pertanian sebagai peneliti (inovator), kekurangan pejabat yang paham pertanian dan akan kekurangan produsen pangan.

Degradasi regenerasi petani adalah penurunan kemampuan atau kegagalan dalam menciptakan generasi penerus petani. Fenomena terjadi di banyak negara, padahal umat manusia makin banyak dan semua butuh pangan.

Semakin sedikit anak muda yang mau atau mampu menjadi petani, termasuk sarjana pertanian enggan jadi petani, sehingga profesi ini tidak berlanjut. Ini sebuah risiko harus diantisipasi sedini mungkin dengan perencanan dan pelaksanaan yang cermat.

1). Sebab-sebabnya

Rendahnya pendapatan petani, membuat profesi ini dianggap tidak menjanjikan.

Akses modal dan lahan sulit, anak muda kesulitan memulai usaha tani sendiri. Kurangnya edukasi dan pelatihan pertanian modern.

Gaya hidup modern dan urbanisasi, menarik pemuda desa ke kota. Stigma sosial, bertani dianggap pekerjaan kasar dan kurang prestisius.

2). Perspektif

Sosial, profesi petani mulai ditinggalkan, menyebabkan perubahan struktur masyarakat desa.

Ekonomi, produktivitas pertanian menurun, berdampak pada ekonomi lokal dan nasional.

Kebijakan, lemahnya dukungan pemerintah dalam regenerasi, seperti akses lahan dan teknologi untuk petani muda.

Lingkungan, tanah pertanian tidak lagi digarap atau dialihfungsikan.

3). Akibatnya

Krisis ketahanan pangan karena jumlah petani terus menurun. Usia petani menua di atas 50 tahun, tanpa penerus. Kenaikan harga pangan akibat produksi menurun.

Alih fungsi lahan pertanian jadi non-pertanian. Hilangnya pengetahuan lokal yang tidak diwariskan ke generasi berikutnya.

Contoh ;

1). Indonesia.

Usia rata-rata petani 52 tahun, sementara petani muda hanya 8% dari total. Banyak lahan tidur karena tidak ada yang mengelola.

2). Jepang.

Sebanyak 65% petani berusia di atas 65 tahun. Pemerintah bahkan menawarkan insentif besar untuk menarik anak muda bertani.

3). Amerika Serikat.

Jumlah petani muda <10%, padahal kebutuhan pangan meningkat.

Ilmu hikmahnya, bagi yang cermat membaca situasi di atas. Sesungguhnya ada ” peluang emas ” bagi masyarakat Indonesia, utamanya anak muda untuk mengisi besarnya permintaan pasar pangan di masa depan.

Pangan akan makin banyak dibutuhkan, tapi jumlah pangan akan makin sedikit karena produsennya makin sedikit. Otomatis hukum pasar bermain, harga pangan akan makin mahal tak kan bisa dielakkan lagi. Produsen pangan inovatif akan sejahtera.

Sisi lain banyak profesi akan tergantikan oleh otomatisasi dengan digital robotik. Hingga diperkirakan akan membawa korban PHK massal hingga 40% dari total angkatan kerja di seluruh dunia. Pemain bisnis di bidang pangan justru makin dibutuhkan.

Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *