Mon. Jun 23rd, 2025

Wayan Supadno

Berikut ini anak muda saya berikan contoh konkret di Indonesia. Berkat industri hilirisasi, kawasan tersebut pendapatan per kapitanya tinggi karena minim pengangguran, semua pengangguran jadi produktif dan hasil penelitian yang numpuk juga terserap bermanfaat.

1). Di Muncar Banyuwangi.

Muncar, kota kecil sentra industri perikanan. Tapi pabrik ikan ada sekitar 150 an. Mampu menyerap tenaga kerja dari berbagai kecamatan. Kalau pagi ribuan pekerja masuk dan sore juga keluar dari pabrik, seperti semut saja, padat karya.

Nilai transaksi di bank setempat triliunan karena padat modal bahkan melibatkan investor asing. Produknya inovatif, menyerap hasil penelitian para peneliti, padat teknologi. Diekspor ke berbagai negara cipta pajak dan devisa rutin jumlah besar.

2). Di Pangkalan Bun, Kalteng.

Tidak lebih dari 100 hektar lahan yang terpakai untuk industri hilir dari sawit. Tandan buah segar (TBS) diproses jadi CPO, RPO, minyak goreng dan produk penyerta lain seperti margarin, sabun, produk setengah jadi dari kosmetik maupun farmasi. Diekspor.

Lahan 100 hektar, tapi nilai cashflownya, mengalahkan hasil kebun sawit luas 200.000 hektar. Di atas Rp 30 triliun/tahunnya. Menyerap pengangguran jumlah banyak. Menyerap hasil penelitian dan berteknologi tinggi. Pajak dan devisa juga sangat besar untuk negara.

Dari dua contoh lokasi di atas, itulah sebabnya negara maju yang pendapatan per kapita (PDB/kapita) nya bisa USD 50.000 atau 10 kali lipatnya Indonesia yang masih USD 5.000 an setara Rp 7 juta/bulan. Selalu kontributor terbesarnya dari jasa, teknologi dan industri/manufaktur.

Artinya jika Indonesia mau jadi negara maju dengan ciri utama punya pendapatan per kapita 5 kali lipatnya saat ini. Maka hal mutlak harus melakukan prosos hilirisasi dalam banyak bidang. Tidak boleh lagi hanya ekspor bahan mentah, hanya sekedar jadi supplier industri negara maju.

Misal hasil penelitian harus jadi inovasi membumi tidak boleh hanya disimpan di lemari karena biayanya triliunan dari pajak rakyat. Hasil bumi harus diindustrikan dulu setelah jadi barang jadi, barulah diekspor agar nilai devisanya berkali lipatnya dibandingkan hanya ekspor bahan mentah.

Jika itu sudah dilakukan maka akan tercipta lapangan kerja jumlah besar – besaran. Praktis jutaan pengangguran akan jadi produktif. Kalkulasinya jika 7 juta orang pengangguran, berubah jadi produktif Rp 7,5 juta/orang/bulan maka setara Rp 50 triliun/bulan, dana mengalir dan beredar ke masyarakat.

Dengan begitu maka daya beli masyarakat akan meningkat. Toko bahan baku pangan akan laku dagangannya, otomatis petani juga senang hasil panennya mudah dijual. Toko bangunan dan kredit bank akan laku karena ada properti produsen rumah KPR bersubsidi. Pemerintah dapat pajaknya.

Ilmu hikmahnya, industri hilirisasi sangat penting dan strategis mendongkrak status dari negara berkembang jadi negara maju. Solusinya perguruan tinggi bertanggung jawab melahirkan pengusaha industriawan dan pemerintah membangun iklim usaha agar pada terangsang jadi pengusaha industri hilir inovatif.

Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *