Artikel kali ini bersifat fiksi semata, kalaupun ada kalimat dalam tulisan ini sama dengan perilaku seseorang atau sekelompok orang. Itu hanya kebetulan saja. Karena ini fiktif. Halusinasi pikiran orang kecil saja.
Bahasa Batak di Medan bilang ” Hepeng mengatur negaraon “. Artinya uang yang mengatur negara. Uang yang berkuasa di negara ini. Cuma caranya yang cantik. Permainannya harus cantik. Cantik mainlah. Bila perlu pakai orang cantik.
Maksudnya, pemain tidak perlu sibuk. Cukup berpangku tangan duduk manis siul – siul sambil nyanyi. Yang penting target misi goal. Ada yang menjabarkan di lapangan sesuai selera agar memanas, misalnya. Dengan uang.
Sumut (semua urusan memakai uang tunai), ada borongan untuk menggerakkan massa. Di jalanan. Di perkantoran. Bila perlu agak anarkis, agar petugas terpancing. Agar bisa jadi sumbu ledak masalah lebih luas bahwa aparat salah prosedur.
Lalu uangnya dari mana kan jumlah miliaran ? Hem. Kalau cuma Rp 300.000/orang x 100.000 orang pendemo = Rp 30 miliar. Itu mah, uang recehan saja. Ranting kecil saja. Karena untungnya selama ini triliunan. Dari ” bisnis panas ” nya.
Contoh konkretnya ;
1). Ekspor Impor BBM
Selama ini jadi ” pemain panas ” di bidang energi. Ekspor impor. Bahkan transaksi di laut lepas dengan uang tunai Dolar AS /Singapura, agar kemasannya kecil nilainya sangat besar. Praktis. Labanya sangat besar.
Sehingga tidak perlu heran jika dana parkir di Singapura triliunan. Juga tidak perlu heran jika praktik bisnis panas ini mau diberantas pada kebakaran jenggot. Mendingan dimbangi. Diambilkan dari laba transaksi di laut lepas satu malam. Beres deh.
2). Permainan Sawit.
Dikabarkan ada 3 juta hektar sawit mau disita. Walaupun umurnya sudah 20 tahun. Karena dianggap masuk kawasan kehutanan. Pertanyaan para pemiliknya, memangnya dulu ada plang bahwa itu milik kehutanan ?
Kalau sudah tahu itu milik kehutanan masih ditanam sawit, ” bodoh ” namanya. Faktanya tidak ada kayu hutannya, sisa pembalakan liar. Sekarangpun kalau mau pesan kayu Ulin yang dilindungi, 1 kapalpun bisa, asal belinya ke penjaga hutan. Ehm !
Sangat wajar, jika keberatan jika dirampas begitu saja. Tanpa dasar sejarah dan legalitas. Sakit di hatinya. Triliunan laba/tahun selama ini mau di NOL kan. Ratusan ribu karyawan terancam PHK massal. Tentu kelompok tersebut berusaha ” cantik main “.
3). Sendi – sendi Korupsi.
Revisi UU TNI. Sesungguhnya menghalalkan apa yang selama ini ” sudah ” kita praktikkan. Misal Letjen Doni Monardo, militer aktif jadi Komandan terdepan mengatasi Covid 19. Padahal itu belum ada landasan hukumnya. Faktanya jalan, aman dan sukses.
Begitu juga jabatan strategis yang mudah dikendalikan asing dan mudah korupsi. Ini agar TNI yang menempati. Karena Era Reformasi, korupsi makin berjemaah massal hingga di bawah. TNI penanggung jawab pertahanan negara, harus mulai waspada.
Terancam bisnis panasnya. Contoh Irjen Kementan dijabat TNI Bintang 3, agar tidak ugal – ugalan impor pangan. Karena akan merusak petani dan ketahanan pangan. Importir daging kerbau India harganya Rp 50.000/kg, di Indonesia Rp 100.000/kg. Masih banyak lagi gula, bawang putih dan lainnya.
Ilmu hikmahnya. Cukup sudah kita ribuan tahun suka diadu domba dan mengadu domba antar sesama anak bangsa, oleh Antek Asing. Cukup sudah korupsi selama ini, jika serius mau maju negeri ini harus ” berani aksi ” pembersihan dari korupsi. Bukan cuma narasi saja. Harus aksi. Titik !
Salam Setia š®š©
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630