Merupakan kumpulan faktor risiko yang dapat mempengaruhi proses regenerasi atau kesinambungan populasi, sumber daya manusia, dan pembangunan di Indonesia.
Ini berkaitan dengan tantangan dalam menjaga keberlanjutan generasi mendatang, baik dari aspek demografi, ekonomi, sosial, maupun lingkungan.
Beberapa risiko dalam portofolio regenerasi Indonesia :
1). Demografi
Penurunan angka kelahiran (fertilitas) yang dapat menyebabkan aging population. Urbanisasi yang tidak merata. Bonus demografi tidak dimanfaatkan. Sebaran penduduk sangat rendah karena program transmigrasi rendah produktivitasnya.
Contoh ;
Di beberapa kota besar Indonesia minus pertumbuhan populasi, karena tidak punya anak atau enggan menikah. Akibat gaya hidup dan tekanan bayangan kesulitan ekonomi untuk hidup layak. Rumah makin sulit terbeli, misalnya.
Kabur Aja Dulu. Jumlah TKI legal ilegal minimal 12 juta orang. Setara kelahiran selama 5 tahun, pada tahun 2000 sd 2005. Jika hanya 50% yang kembali jadi ancaman. Padahal jika mandiri indeks Rp20 juta/kapita setara Rp 240 triliun/tahun.
2). Ekonomi
Tingkat pengangguran tinggi dan ketidakstabilan pasar kerja. Ketimpangan ekonomi antara daerah perkotaan dan pedesaan. Ketergantungan terhadap sumber daya alam.
Contoh ;
Pendapatan per kapita hanya Rp Rp 7 juta/bulan, di Malaysia Rp 16,3 juta/bulan. Di Singapura Rp 115 juta/bulan. Karena hanya suka ekspor bahan mentah, bahan baku industri. Rendah nilai tambahnya. Non hilirisisasi inovatif.
Indeks inovasi global cermin kinerja para pakar hanya peringkat 54 di dunia. Lalu masyarakatnya tidak terampil memproduksi nuansa inovasi, indeks kompleksitas ekonomi hanya peringkat 87 di dunia. Iptek kita belum jadi terapan masyarakat.
3). Pendidikan dan Kesehatan
Kualitas pendidikan yang belum merata, menyebabkan kesenjangan keterampilan. Akses kesehatan yang terbatas. Malnutrisi dan stunting yang dapat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia di masa depan.
Contoh ;
Prevalensi stunting masih 21,6%, artinya akan terjadi 21 orang dari 100 orang akan kerdil, retardasi mental rendah IQ 78,9 dan rendah produktivitas. Sulit bersaing di kancah global. Hanya jadi TKI buruh rendahan.
Dari 4.000 an kampus terbanyak di dunia yang masuk 500 kampus terbaik dunia hanya 4 saja. Mencerminkan daya saing pendidikan dan kesehatan masih rendah. Makin banyak pengangguran lulusan perguruan tinggi hingga banyak yang jadi TKI.
Kamampuan perguruan tinggi dalam mendidik manusia pencipta lapangan kerja (pengusaha/entrepreneur), ” sangat rendah “. Implikasinya makin banyak ” impor pengusaha ” (PMA) pencetak kapital terbang di masa depan.
4). Lingkungan
Degradasi lingkungan akibat eksploitasi sumber daya alam. Perubahan iklim yang mempengaruhi ketahanan pangan dan kesehatan masyarakat. Polusi dan bencana alam yang menghambat pembangunan.
Contoh ;
Sungai Citarum bahan baku utama PDAM DKI sekitarnya di Bendungan Jatiluhur. Tapi di hulunya justru sebagai pembuangan limbah pabrik maupun keluarga. Kenyataan ini menunjukkan rendahnya kesadaran terhadap arti lingkungan.
Begitu juga membangun ekonomi makro hanya berbasiskan jualan tambang merusak lingkungan tanpa peduli dengan dampak negatif bagi anak cucu kita kelak. Tidak berbasis jualan hasil bumi yang diolah terlebih dulu dengan penerapan iptek inovasi.
5). Teknologi dan Inovasi
Kesenjangan digital antara daerah maju dan tertinggal. Kurangnya investasi dalam riset dan pengembangan teknologi. Ketidakmampuan adaptasi terhadap disrupsi digital dan otomatisasi.
Contoh ;
Banyak pabrik gulung tikar PHK massal karena kalah bersaing di pasar. Lalu cashflow perusahaan gagal. Korbannya para karyawannya skala besar. Padahal ini akibat dari kurang inovatif atau lambat adaptasi terhadap hasil inovasi. Harga pokok produksi (HPP) terlalu tinggi. Implikasinya harga jual mahal.
Bahkan banyak kejadian barang impor yang jauh didatangkan dari luar negeri harganya di bawah HPP biaya produksi kita. Misal cabe India hanya Rp 8.000/kg, padahal HPP cabe Indonesia Rp 12.000/kg. Hasil bumi dari Vietnam juga murah. Hasil industri RRC ini parah lagi murahnya.
6). Sosial dan Politik
Konflik sosial akibat ketimpangan ekonomi atau perbedaan budaya. Ketidakstabilan politik yang dapat mempengaruhi kebijakan jangka panjang. Kurangnya regenerasi kepemimpinan yang berkualitas dalam politik dan birokrasi.
Contoh ;
Rasio gini kesenjangan sosial ekonomi masyarakat akan jadi pemicu masalah di masa depan. Saat bersamaan ada yang punya lahan terkuasai produktif hingga ratusan ribu hektar hanya segelintir orang, tapi ada 17 juta kepala keluarga petani hanya punya 0,3 ha (BPS).
Begitu juga pendapatan per kapita kita yang USD 5.200 atau setara Rp 7 juta/kapita/bulan. Di balik itu ada yang dapat miliaran/bulan. Tapi banyak juga yang kesulitan makan karena kemiskinan ekstrem atau karena pengangguran.
Bahkan banyak anak muda terpelajar gelar sarjana, hidupnya masih numpang orang lain. Jadi beban orang lain, pengangguran . Akibat tidak punya jiwa entrepreneurship. Mungkin hanya hafalan saja. Di balik sering menyanyikan lagu Indonesia kaya raya alamnya. Ini paling ironis
Portofolio ini menggambarkan berbagai risiko yang harus dikelola agar Indonesia dapat mencapai regenerasi yang berkelanjutan dan memastikan bahwa generasi mendatang memiliki kondisi yang lebih baik. Itulah ilmu hikmah yang harus diambil anak muda, agar lekas bergegas mampu menempatkan diri ambil peran.
Salam Inovasi š®š©
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630