Mon. Jun 23rd, 2025

Menumbuhkan dan memelihara dengan konsisten semangat di dalam diri adalah hal sangat penting. Karena itu bagian dari kecerdasan emosional (EQ) yang menggerakkan kecerdasan intelektual (IQ). Jika tanpa punya semangat membara dalam diri kita. Maka daya pemberdayaan diri akan sangat minimal.

Tapi jika punya semangat diri tinggi, perubahan positif pada diri kita sendiri akan terjadi secara optimal. Agar terjadi motivasi. Misal haus belajar, agar jadi manusia pembelajar dan spontan dipraktikkan. Itulah yang saya bekalkan kepada anak muda di Banyuwangi selatan, kampung kelahiran saya.

Selain itu, saya bekali banyak contoh kisah inspiratif orang – orang sukses karena menganggap aset termahalnya ada pada kepribadian yang baik. Bukan pada otak pintar dengan gelar akademik, tapi malas mempraktikkan. Bukan juga pada pemilik modal besar tapi tidak berusaha, justru makin menghilang.

Secara bersamaan saya menyerahkan banyak buku – buku sumber inspiratif, edukatif dan nuansa inovatif. Sebanyak 1 mobil kecil pick up. Kepada Kepala Sekolah SMP dan Pasraman, tempat belajarnya, para calon pemilik masa depan Indonesia. Di kampung kelahiran saya. Ini penting sekali.

Apalagi saya melihat banyak anak muda pada punya semangat luar biasa membangun dirinya. Mengawali bisnis dari nol. Ada yang ternak sapi, petani buah naga inovatif dengan lampu agar berbuah tanpa kenal musim dan ada pula belajar jadi off taker di kirim ke berbagai kota luar daerah.

Terlebih mereka tahu persis kisah hidup saya yang tentunya masyarakat banyak bercerita. Kalau masa kecil saya nakal hingga tidak naik kelas 2 kali di SD, gagap berlebihan nyaris bisu dan orang tua transmigrasi. Harapan saya, bisa jadi bahan kajian mereka. Lalu bernyali mengawali bisnis.

Karena saya kembalikan ke diri saya sendiri. Bahwa saya dulu ” mental bernyali ” bisa tumbuh karena melihat beberapa figur. Selalu saya amati cara mengelola dirinya. Lalu terlahirlah semangat berbuat nyata. Sekalipun banyak keterbatasan tanpa ilmu, modal, waktu dan lainnya. Karena masih aktif dinas militer.

Begitu juga, lahirnya semangat mau kuliah di Universitas Airlangga Surabaya. Karena melihat ada di kampung saya orang yang kuliah kerap kali memberi motivasi agar mau ikutan kuliah. Sekalipun saya dilarang orang tua. Tetap saya paksakan agar bisa kuliah. Halangan rintangan banyak, kuliah sambil kerja. Ini bukan mudah.

Sehingga saat itu, di kampungku, sayalah anak muda pertama yang alumni Unair Surabaya sekaligus jadi perwira militer. Tentu makin banyak yang ikutan. Jadi sumber penyemangat, bagi anak yang lebih muda lagi dari saya. Sekarang sudah banyak. Inilah bukti, cara menyemangati diri sendiri.

Sama persis sekitar tahun 1995. Semangat saya membara untuk meniru orang lain. Tiap kali sahabatku membagi gajian di perusahaannya yang punya karyawan puluhan keluarga di kebunnya, saya ikut. Saat sahabatku kontrol bangunan tempat suci karena jadi donatur tunggal, saya juga melibatkan diri. Melihat prosesnya. Haru sekali.

Dia bisa jadi motor penggerak misi kemanusiaannya, dalam berbagai hal misal suka berbagi beras dan sembako, saya ikut juga. Membangun mental latah positif. Dia sahabatku bisa seperti itu, karena sudah selesai dengan urusan pribadinya. Pendapatannya cukup dan selalu bersyukur.

Hidupnya sahabatku tersebut, sungguh bermanfaat bagi orang lain jumlah banyak, jangka panjang. Bukan termasuk orang yang terlalu asyik sibuk mengeluh dan menyalahkan keadaan, hingga tidak sempat punya waktu untuk bersyukur dan berbuat nyata. Seakan waktu dan energinya dihabiskan jadi limbah belaka.

Semoga artikel cara menyemangati diri pola seperti saya ini, bermanfaat bagi orang lain.

Salam Madiri 🇮🇩
Wayan Supadno
Praktisi Agro Inovatif
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *