Thu. Jun 26th, 2025

Ketika 15 tahun silam tahun 2009, saya fokus mengawali bertani inovatif. Sebelum melangkah karena usia sudah tua, waktu sudah terasa amat singkat, anak – anak tidak lama lagi studi di perguruan tinggi dan terpenting nol tanpa modal karena usai bangkrut. Hal yang saya kaji dan belajar adalah kesalahan pada umumnya petani. Ini tidak boleh terjadi pada diri saya.

Sumber pembelajaran bukan hanya buku teori di kelas saja. Juga bukan hanya kisah inspiratif kesuksesan pihak lain saja. Tapi kegagalan diri dan pihak lain sesungguhnya sumber kajian pembelajaran agar tidak mengulangi gagal karena sama langkahnya. Harus dibuat langkah beda, agar hasilnya beda juga. Termasuk langkah bertani beda dari lainnya yang gagal.

1). Kepastian pasar.

Banyak petani gagal karena hasil panennya tidak terserap oleh pasar. Karena menanam yang tidak sesuai maunya pasar. Bahkan di Pasar Induk tiap hari minimal 70 ton sayur dan buah terbuang saja jadi sampah karena tidak terserap oleh pasar. Sisi lain lagi pada waktu yang sama banyak sayur dan buah impor di lokasi sama, karena cocok dengan maunya pasar.

2). Kecocokan agroklimat.

Banyak petani gagal karena menanam komoditas yang tidak tepat pada agroklimatnya. Sehingga biaya produksi terlalu tinggi tapi tanpa sebanding dengan hasil yang didapat. Misal saja menanam cabe dan jeruk varietasnya bagus. Tapi tidak sesuai rekomendasi agroklimat ketinggian di atas permukaan laut (mdpl). Varietas dataran rendah, ditanam pada dataran tinggi.

3). Pemahaman media tanam.

Banyak juga petani gagal karena tidak mau belajar menguasai ilmu tanah. Sehingga terlalu boros untuk bukan semestinya. Misal saja, dengan emosi hanya NPK merek mahal tapi tanpa melihat pH tanah yang sudah 5, otomatis efektifitasnya sangat rendah. Kadar C Organiknya rendah, tanpa juga memakai pupuk organik hayati (mikroba). Padahal tanaman butuh 16 unsur hara, bukan hanya 3 unsur NPK saja.

4). Estimasi cashflow.

Banyak petani gagal karena tanpa punya kebiasaan suka membuat kajian estimasi cashflow pada pra tanam, sebagai bekal perencanaan yang tepat. Padahal ini bisa jadi panduan estimasi pendapatan, pengeluaran, laba dan kembali modalnya. Padahal ini sangat penting sebagai bahan kajian pasca investasi. Bekal investasi pengembangan berikutnya.

5). Manajemen risiko.

Banyak petani gagal karena tanpa mampu mengendalikan risiko yang dihadapi atau biayanya sangat besar (boros) karena mengatasi risikonya. Karena tanpa kajian intelijen risiko pada pra tanam. Misal menanam cabe dan jeruk pada area kebun nangka busuk, praktis lalat buahnya sulit dibasmi. Persis membuatkan restoran gratis kepada hama lalat buah. Banyak contoh lain.

6). Kelayakan perbankan.

Sekalipun tidak akan pinjam bank tapi langkah ini penting sebagai filter dan antisipasi saat mau ekspansi butuh dukungan dana pihak lain bank, mitra usaha dan lainnya. Tapi ini jarang dilakukan oleh petani lalu lambat berkembangnya bahkan gagal. Orang lain tani puluhan tahun jalan di tempat, tapi ada juga yang hanya belasan tahun bisa jadi ratusan miliar sekalipun dari nol, karena kepercayaan.

Kawula muda bisa memetik inti sari ilmu hikmah dari uraian pengalaman saya pribadi di atas. Bahwa sungguh sama besar manfaatnya kita belajar dari kesuksesan maupun kegagalan langkah masa lalu pada diri kita atau tabulasi yang umum terjadi pada masyarakat yang telah menjalani duluan. Yang sukses tinggal latah. Yang gagal tinggal diambil ilmu hikmahnya.

Kesimpulan, pengalaman kata orang bijak adalah guru terbaik. Tapi tidak semua harus kita alami. Pengalaman tidak bisa kita hafal dan dibayangkan saja. Harus dilangkahkan. Mental berani mengawali melangkah agar punya pengalaman adalah mutlak. Jika salah diperbaiki. Jika gagal diulangi. Jika sulit dipelajari dan diteliti jadi solusi. Siapa yang bersungguh – sungguh, maka dialah yang menuai hasilnya.

Salam Inovasi šŸ‡®šŸ‡©
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *