Ekonometrika, sebuah ilmu yang memanfaatkan statistika dengan data empirik masa lalu hingga saat ini, untuk kepentingan ekonomi. Agar bisa disimpulkan apa yang akan terjadi di masa mendatang, berbasiskan pola pikir gejala yang timbul. Sehingga bisa diantisipasi dan diprediksi.
Bagi pebisnis bisa jadi peluang investasi produktif untuk memberdayakan seoptimal mungkin sehingga harga pokok produksi (HPP) bisa diminimalkan dengan berbagai rekayasa pola pikir nuansa inovatif. Agar omzet dan laba bisa diestimasikan lalu percepatan kembali modal (ROI) bisa dilakukan.
Yang pada akhirnya bisa menumbuhkan nilai kapital aset produktif dan daya manfaatnya bagi masyarakat bisa lebih luas jangka panjang. Begitu juga sebaliknya, bisa dimanfaatkan untuk meminimalkan atau mengendalikan resiko yang akan menyertainya. Pendek kata, peluang bisa dinikmati dan resiko bisa diantisipasi.
1). Degradasi Lahan.
Menurut data bahwa kualitas dan kuantitas luas lahan pertanian intensif mengalami degradasi secara signifikan. Ini berdampak serius pada kesejahteraan petani dan ketahanan pangan Indonesia. Yang pada akhirnya berimplikasi pada kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia dan banyak hal lain terhadap kedaulatan nasional.
Kualitas lahan mengalami degradasi ditandai kadar C Organik yang tahun 1970 di atas 2,5%, tapi saat ini hanya di atas 1%. Padahal ideal lahan subur harus berkadar C Organik 4%. Pertanda gagal menjaga neraca hara, tanpa memakai pupuk berimbang organik, hayati dan anorganik (kimia).
Ini berimplikasi pada kebutuhan pupuk kimia dari tahun ke tahun naik tajam pada luas lahan sama. Secara biokimia berdampak pada pH lahan cenderung makin turun. Secara keekonomian harga pokok produksi (HPP) petani makin tinggi lalu laba didapat belum mensejahterakan. Sekalipun harga beras di Indonesia termahal.
Degradasi luas lahan pertanian, tahun 1970 an luas 10,7 juta hektar. Tapi saat ini jumlah penduduk 278 juta jiwa, justru hanya tinggal 7,1 juta hektar. Menyempit 150.000 hektar/tahun. Ironisnya lagi ada 16,68 juta keluarga petani, indeksnya luas sawah hanya 0,3 hektar/KK (BPS). Inilah menurut BPS kenapa petani 48% dari total kemiskinan ada di sektor pertanian.
Sisi lain lagi, dari luas baku sawah kita saat ini 7,1 juta hektar. Tapi luas tanam padi hanya 10,6 juta hektar. Ini pertanda tidak semua sawah bisa menanam padi 2 kali dalam setahun, apalagi 3 kali setahun seperti di Vietnam. Ini akibat dari kesulitan dapat air, dampak dari irigasi kurang dipelihara dan bendungan kurang banyak.
Arti dalam ilmu hikmah data di atas bahwa ada peluang emas untuk memproduksi dan memasarkan pupuk organik, pupuk hayati (biang mikroba) dan kapur pertanian sebagai pembenah tanah. Agar pH netral 7 dan neraca hara terjaga lalu produktivitas tinggi dengan biaya rendah. Agar mutu pangan sehat karena minim residu logam berat.
Secara bersamaan ada ilmu hikmah bahwa sesungguhnya sudah terlambat cetak sawah (ekstensifikasi) nya. Harusnya paralel antara intensifikasi lahan dengan cara penerapan inovasi di lapangan, peningkatan jaring irigasi dan bendungan. Termasuk cetak sawah agar makin luas agar indeks kembali minimal 3 hektar/keluarga agar petani sejahtera.
2). Degradasi Petani.
Data hasil penelitian Prof Farida Guru Besar IPB University mengatakan bahwa hanya 28% keluarga petani yang ingin agar anaknya meneruskan profesinya. Yang 72% petani tidak mau anaknya meneruskan profesi petani orang tuanya. Ditandai lagi dengan sejak reformasi banyak fakultas pertanian dan siswa SLTA pertanian yang tutup akibat kurang peminat.
Ilmu hikmahnya bahwa di mata anak muda studi pada profesi petani tanpa punya masa depan jelas. Karena melihat testimoni umumnya di lapangan. Ini akan jadi ancaman Indonesia akan kekurangan pakar pertanian, pejabat pemutus kebijakan makro latar belakang ilmu pertanian dan akan kurang profesi petani basis sarjana pertanian.
Data fakta empirik di atas harus jadi bahan kajian pemerintah sebagai dasar pertimbangan memutuskan kebijakan makro nasional. Untuk menjawab tantangan di masa mendatang. Solusinya harus ada stimulus seperti yang sudah dilakukan pemerintah kepada para anak muda dapat mesin modern, drone dan lainnya.
Ini penting untuk menggarap 15 hektar/orang. Agar faktanya petani modern inovatif bisa sejahtera dan membanggakan. Yang tidak kalah penting anak muda yang dibekali sarana prasarana modern dan lahan luas tersebut. Juga harus dibekali ” jiwa entrepreneur ” yang bermental ” patriotik inovatif “. Karena anak muda petani tersebut, rohnya pangan di masa depan.
Salam Berdaulat š®š©
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630