Fri. Jun 27th, 2025

PERSPEKTIF PETANI

ByWayan Supadno

Dec 6, 2024

Sungguh kita harus benar – benar banyak bersyukur hidup di Indonesia yang rukun damai dan ekonominya relatif stabil dibandingkan banyak negara yang lagi bergejolak. Yang ditandai dengan pertumbuhan ekonominya sekitar 5,% saat bersamaan inflasi 2,5%. Saat negara lain lagi perang. Banyak negara pertumbuhan ekonomi minus dan inflasi di atas 10%.

RRC yang selama ini dianggap pemimpin baru pada ekonomi dunia juga lagi mengalami masalah serius yaitu turunnya daya beli skala besar – besaran massal. Ketularan Amerika Serikat dan Eropa yang lebih duluan nasibnya juga lesu berkepanjangan hingga permintaan produk ke banyak negara termasuk ke Indonesia turun drastis.

Kondisi ini tentu berimplikasi pada industri Indonesia yang pemasaran produk kita selama ini ke Eropa dan Amerika Serikat. Utamanya tekstil tanpa punya pasar lagi, perusahaan di Indonesia merugi besar – besaran, lalu berdampak sama dengan mereka yaitu terjadi PHK massal di Indonesia minimal 62.000 karyawan selama setahun terakhir ini.

Sebaliknya, di RRC selama ini tempat memasarkan bahan baku dari Indonesia untuk industri di RRC. Bahkan bukan hanya Indonesia saja sebagai supplier bahan bakunya, RRC bagai vakum raksasa dunia. Konsekuensi logisnya akan turun permintaannya ke Indonesia nantinya. Begitu juga produk RRC yang selama ini dipasarkan ke Amerika Serikat dan Eropa banyak terhambat.

Lalu produk RRC dialihkan dan diglontor (dumping) super murah ke Indonesia. Strategi RRC ini demi menyelamatkan agar PHK di RRC tidak makin massal lagi. Maka makin runyam PHK massal lagi di Indonesia. Ini potensi jatuhnya daya beli masyarakat kita, karena tanpa kerja maka tanpa pendapatan lalu super hemat tanpa banyak belanja.

Implikasinya pertumbuhan ekonomi melambat. Banyak pengangguran tanpa pendapatan berdampak nyata melahirkan kemiskinan dari segmen rentan miskin kelompok menengah jadi miskin. Pendek kata biasa bergaji Rp 2,5 juta/bulan, berubah tanpa gaji. Otomatis demi pangan akan menghabiskan tabungannya walaupun dengan sangat hemat.

Inilah kesempatan emas untuk bertani membendung impor yang selama ini jumlahnya hingga ratusan triliun/tahun. Jika pangan diproduksi sendiri dan dikonsumsi sendiri oleh masyarakat Indonesia (swasembada) maka akan terjadi ” take and give ” sesama anak bangsa. Sebagian jadi produsen dan sebagian lagi jadi konsumen, tanpa mensejahterakan petani luar negeri.

Kalkulasinya, jika impor pangan selama ini Rp 400 an triliun/tahun. Anggap yang bisa ditanam di Indonesia Rp 300 triliun/tahun. Itu sama artinya bisa menghidupi 3 juta keluarga petani jika 1 keluarga butuh pendapatan Rp 100 juta/tahun. Atau Rp 300 triliun : Rp 100 juta/tahun = 3 juta keluarga. Ini perhitungan betapa sangat pentingnya swasembada pangan.

Jika ini terwujud maka kita tidak lagi lucu. Banyak syair lagu mengatakan Indonesia negara kaya raya alamnya. Tapi faktanya pendapatan per kapita hanya USD 5.000. Atau hanya setara Rp 6,4 juta/bulan/kapita. Itupun jika diambil pendapatan para orang terkaya teratas 1% saja, atau 2,8 juta orang. Bisa jadi tinggal Rp 3 juta/kapita/bulan. Karena rasio gini kita tinggi 0,379.

Kesimpulan bahwa sesungguhnya dunia sedang tidak baik – baik saja. Turunnya daya beli kelompok menengah di Indonesia, merupakan dampak dari situasi global yang lagi turun daya belinya. Akibat banyak PHK di banyak negara. Di Indonesia masih sangat terkendali, dibandingkan negara lain yang ditandai pertumbuhan ekonomi Indonesia masih 5,2% dan inflasi masih 2,5%.

Solusinya harus banyak investasi oleh para pengusaha sebagai investor, agar menyerap banyak pengangguran jadi produktif lalu punya daya beli. Dengan begitu maka akan terjadi peningkatan konsumsi keluarga, terjadilah pertumbuhan ekonomi meningkat. Masalah klasiknya, kita kekurangan pengusaha sebagai investor hingga dana pihak ketiga parkir di bank saja Rp 8.600 triliun.

Jika ditarik ke belakang lagi. Kenapa kita kekurangan investor (pengusaha) hingga banyak pengangguran dan dana menganggur di bank ? Karena masyarakat kita mental nyali mengawali bisnis sangat rendah. Banyak orang pintar hingga gelar berjejer tapi keberanian tampil mulai bisnis jadi calon investor, mentalnya ketakutan duluan dan beragam alasannya agar tidak mulai usaha sendiri.

Hingga sering saya pesan kepada pemuda ” Janganlah anda membelenggu kepintaranmu yang hebat ditandai gelar akademik hebat, belenggunya adalah mental suka sibuk mengeluh dan menyalahkan keadaan, karena mencari lapangan kerja sulit. Kisah banyak pengusaha hebat berawal dari nol, bisa jadi inspirasi memantik nyali mulai bisnis lalu cipta lapangan kerja “.

Salam šŸ‡®šŸ‡©
Wayan Supadno
Pebisnis Inovatif
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *