Berikut ini pengalaman saya pribadi cara mengelola diri utamanya perihal membangun motivasi diri. Bisa diambil ilmu hikmahnya oleh para kawula muda. Hampir seminggu ini saya pulang kampung, di Banyuwangi selatan, tempat tumpah darahku saat lahir. Lagi mengontrol pekerjaan. Jauh lebih tenang dibanding di Cibubur, domisiliku. Yang semua tetangga di Kota Wisata, serba kecukupan.
Selama ini banyak orang menuduhku, saya dianggap anak keluarga kaya raya dengan harta warisan yang berlebihan banyaknya dan segala kemudahan. Ada juga yang menuduhkan saya dapat kemudahan proyek pemerintah sumber APBN/APBD. Semua salah besar. Saya anak petani gurem yang transmigrasi. Saya juga nol tanpa proyek APBN/APBD.
Banyak yang salah anggapan terhadapku karena melihat saat ini. Misal karena melihat bisa menggaji karyawan ratusan juta tiap awal bulan, ada kebun ratusan hektar dan sapi ratusan ekor maupun pabrik formulasi produksi pupuk hayati Bio Extrim, Organox, Raja Rhizo maupun hormonal Hormax. Termasuk bisa berbuat sebagai donatur beasiswa maupun misi kemanusiaan lainnya.
Banyak pengalaman teramat indah dikenang, bekal menatap masa depan. Hidup terus dalam ingatan, masa kecilku teramat unik. Saat SD tidak naik kelas 2 kali dan nyaris bisu karena gagap berlebihan. Sering bolos karena tukang adu jago. Hingga sering dipanggil Si Bisu, Si Bodoh, Si Bandel dan lainnya. Semua predikat negatif. Mungkin ada benarnya.
Ingat persis, di masa kecil selalu menggembalakan kerbau ribuan ekor milik masyarakat di kampungku. Kadang tidur di panggung, di atas kerbau. Dikandangkan di pinggiran hutan jati milik PT Perhutani. Karena berbatasan langsung dengan PT Perhutani sebelah selatan, barat dan sebagian utara. Bagian timur agak jauh dengan hutan lindung Alas Purwo.
Perjuangan untuk bisa studi hingga lulus di Universitas Airlangga Surabaya jaman itu, sejujurnya teramat berat. Karena baru saya saja. Begitu juga yang bisa jadi perwira militer juga baru saya saja. Lainnya belum ada. Menembus batas. Karena dilarang, orang tua persiapan berangkat transmigrasi. Bisa terwujud karena kemauan keras dan doa restu orang tua.
Nuansanya pekat budaya Jawa, karena memang kampung kawasan transmigrasi lokal dari Wates dan Solo jaman penjajahan Belanda. Praktis bisa rapi, jalan lurus semua persegi empat. Nampak jelas kampung yang terbangun karena perencanaan yang matang dan cerdas di masa lampau. Berikut falsafah Jawa, sumber motivasiku ;
1). Urip iku urup.
Hidup adalah menyala. Terjemahan gramatikalnya, hidup ini harus menyala (bermanfaat) bagi orang lain dan alam semesta. Agar bisa maka hidup harus dihidup – hidupkan, tanpa punya semangat memotivasi diri menghidupkan kehidupan diri sendiri. Maka potensinya kecil bisa bermanfaat bagi kehidupan orang banyak di sekitarnya. Motivator top adalah diri sendiri.
2). Ngluhurne pekerti ngulir pambudi.
Ngluhurne pekerti makna gramatikalnya, bahwa dian di dalam hati adalah suara hati nurani, budi pekerti/akhlak. Ini yang mestinya dipelihara agar tetap hidup nyala diannya. Ngulir pambudi, artinya aset termahal adalah pribadi kita. Sumber kekayaan berlimpah ruah adalah pribadi kita. Maka harus mau membangun dirinya sendiri. Badan kita harus diberdayakan oleh kita sendiri.
3). Cipta, karsa dan etika.
Makna petuah motivasi diri yang ini, jika mau sukses harus bisa menciptakan sesuatu yang baru (inovator), menemukan ilmu teknologi inovasi yang baru dan bermanfaat karena membumi dipakai oleh masyarakat luas. Jika itu tidak bisa, maka pilihan kedua harus bisa berkarsa/berkarya nyata, bukan wacana saja. Idealnya paralel dengan tumbuh kembangnya etika dalam diri kita.
Artinya ini semua hanya akibat dari proses panjang ” saya memotivasi diri sendiri ” agar tetap punya kemauan keras membangun diri. Mengumpulkan banyak kesalahan praktik, diambil ilmu hikmahnya dan tetap melangkah lagi. Bukan karena harta warisan. Sekali lagi, karena ” mau belajar cara belajar yang benar ” lalu dipraktikkan. Kognitifnya. Apa yang dipelajari dijabarkan hingga terasa manfaatnya belajar. Itu prinsipnya.
Ilmu hikmahnya bahwa harta warisan bukan sumber kesuksesan. Karena sumber kesuksesan adalah potensi di dalam dirinya sendiri dengan cara diberdayakan (ngulir pambudi). Yang paralel makin beretika. Begitu juga bangsa Indonesia, kekayaan alam berlimpah bukan sumber majunya, tapi ” Anak Bangsa Indonesia ” yang hebat adalah sumber kemajuan dengan kemauan kerasnya.
Salam š®š©
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630