Indonesia sebagai pemilik sawit terluas di dunia 16,38 juta hektar, sebagai produsen terbesar di dunia CPO (minyak mentah sawit) 52 juta ton/tahun dan PKO (minyak inti sawit) 5,6 juta ton/tahun. Sekaligus konsumen terbesar di dunia pangan 10,5 juta ton/tahun dan energi 13 juta ton/tahun.
1). Pangan.
Sangat banyak produk turunan sawit yang dijadikan pangan. Misal minyak goreng, margarine, shortening dalam pembuatan roti kue maupun pastry. Lemak coklat dan krimer nabati dari minyak inti sawit (PKO), ini juga banyak jadi susu nabati olahan. Masih sangat banyak lagi.
2). Kosmetik dan Perawatan.
Sering kita tanpa sadar hampir semua perlengkapan di kamar mandi dan meja rias kita dari sawit. Misal sabun, sampo, lotion dan krim karena teksturnya yang lunak. Begitu juga sarana makeup lipstik dan foundation. Pelembab kulit alami dari PKO. Lebih dari 50 jenis dari sawit untuk kosmetik dan perawatan.
3). Farmasi dan Medis.
Beta karoten Vitamin A pada sawit kadarnya sangat jauh di atas wortel. Ini sangat tepat untuk kesehatan mata dan cegah stunting. Kapsul lunak (softgel) asam lemak sawit banyak dipakai jadi kapsul obat – obatan. Gliserin sawit sebagai pelarut, pelembab atau bahan campuran farmasi. Emulsi dan aditif pengikat obat farmasi juga dari sawit. Ada 40 jenis dari sawit.
4). Energi dan Bahan Bakar.
Minyak mentah sawit (CPO) asam tinggi banyak digunakan jadi biodiesel ramah lingkungan berkelanjutan. Hingga saat ini mampu menyerap CPO jadi B35 sebanyak 14 juta ton/tahun dengan hemat devisa hingga Rp 87 triliun tahun 2023. Apalagi mau ditarget Presiden Prabowo jadi B50 bisa jadi menyerap 20 juta ton CPO/tahun.
5). Pakan Ternak.
Potensi bungkil sawit sisa peras kernel jadi PKO kadar protein kasarnya 18%, serat kasar 21%, lemak kasar 7% dan BETN sangat tinggi. Ideal untuk pakan ternak. Sama dengan solid habis sisa peras jadi CPO. Potensi keduanya 7% dari TBS 265 juta ton/tahun. Setara 18 juta ton/tahun. Ideal jadi bahan pakan ternak setelah diproses inovasi.
Selain itu masih sangat banyak kebutuhan energi dari sawit misal Bensawit, Bensin dari sawit (CPO). Juga Bioavtur bahan bakar nabati (BBN) pesawat terbang dari minyak inti sawit (PKO) ini yang jadi primadona Amerika serikat dan Eropa kenapa mereka impor PKO jutaan ton/tahun. Padahal produksi kita hanya 5,6 juta ton PKO/tahun.
Tankos (tandan kosong) sawit potensinya 264 juta ton TBS/tahun x 23% rendemennya, setara 60 juta ton/tahun. Jika hanya jadi ” wood pellet ” harga di luar negeri Rp 3.000/kg. Padahal di Indonesia hanya jadi limbah saja, menggunung di semua PKS (pabrik kelapa sawit) jika jadi wood pellet setara devisa Rp 3.000/kg x 60 juta ton = Rp180 Triliun/tahun.
Sadar atau tidak sadar, sesungguhnya selama ini kenapa pendapatan per kapita Indonesia hanya 6% atau USD 5.100 dari Singapura yang sudah USD 83.000 ? Karena kita sendiri yang memacu percepatan majunya Singapura. Kita jual murah lalu mereka proses sedikit nuansa inovasi industrinya jadi produk beragam dijual mahal. Labanya besar sekali.
Solusinya satu saja, regenerasikan insan industriawan sawit ruas hilir nuansa inovatif. Lalu menghilirisasikan semua hasil bumi Indonesia. Utamanya sawit. Jika kita tanpa mau melakukan perubahan dan masih seperti saat ini hanya suka jual murah bahan mentah maka ke depan tanpa perubahan masih seperti saat ini juga.
Nampak jelas kinerja para peneliti kita belum optimal indikasinya indeks inovasi global hanya peringkat ke 54, artinya hak paten terdaftar masih sangat minim. Begitu juga implikasi pendidikan kita belum mengubah masyarakat jadi suka menerapkan iptek dan inovasi, indikasinya indeks kompleksitas ekonomi hanya peringkat 97. Memprihatinkan.
Artinya daya kreatif inovatif mengubah barang mentah murah jadi barang inovatif, satu bahan baku jadi beragam bahan jadi yang mahal karena langka. Misal CPO jadi puluhan produk pangan, kosmetik dan farmasi. Misal PKO jadi ratusan bahan farmasi dan bioavtur. Kita belum mampu skala industri. Suka ekspor bahan baku industri canggih di luar negeri.
Ilmu hikmahnya, apa yang kita punya saat ini lahan luas subur sekalipun jutaan hektar, belum menjadikan produktif karena banyak terlantar. Kebun sawit terluas di dunia 16,38 juta hektar dan kelapa terluas di dunia 3,1 juta hektar. Kampus terbanyak di dunia 4.000 an kampus. Ternyata belum mampu memanfaatkan anugerah Tuhan kekayaan alam berlimpah. Masih suka ekspor bahan mentah, non inovatif.
Sungguh ironis jika kita lihat data di atas. Lahan luas subur terlantar. Beberapa kebun terluas di dunia. Kampus terbanyak di dunia. Tapi jumlah pengusaha industri agro inovatif yang dilahirkan sangat minim. Hampir semua yang lulus melamar kerja. Indikasinya jumlah pengusaha hanya 3,47% saja. Wajarlah kita banyak pengangguran, kemiskinan, TKI dan pendapatan per kapita hanya 9% dari Singapura yang tiada punya kekayaan alam.
Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Praktisi Agribisnis
HP 081586580630