Kawula muda, jika anda serius mau jadi pebisnis hal mutlak harus bermental intuitif dan reaktif merespon peluang bisnis pada ruas emas waktu (momentum bisnis). Karena ” ruas emas ” bisnis tidak selalu tersajikan di depan kelopak mata kita.
Itulah sebabnya, kenapa banyak orang hebat dalam berbisnis selalu mampu adaptasi dalam segala macam situasi. Bahkan di saat orang lain yang normatif pola bisnisnya lalu udah jayanya jalan di tempat bahkan bangkrut. Banyak karyawan di PHK secara massal.
Tapi secara bersamaan pebisnis hebat mampu ekspansi karena cashflownya sehat. Karena lihai memainkan ” memomentum bisnis ” yang digelutinya. Sehingga orang lain melakukan PHK, justru dia menambah karyawan. Scale up terukur dan inovatif.
Ini erat kaitannya dengan filosofi bahwa pelaku bisnis sejati harus berkarakter Burung Elang. Matanya tajam, mangsa peluang makanan yang letaknya nan jauh di sana terlihat dengan jelas. Dengan ” percepatan tinggi waktu singkat ” mampu didapatkannya. Tuntas dengan sempurna.
Artinya harus bermental ” mata elang “. Gerakannya juga ” gerakan elang “. Bukan gerakan yang biasa – biasa saja seperti burung lainnya. Cara pandangnya mesti dari multi segmen. Bisa dari atas, bisa dari persembunyian di antara pepohonan di hutan rimba sekalipun. Diam tapi strategis.
Begitu juga saat menghadapi lawan atau pesaing/kompetitor sebagai ancamannya. Tiada mudah merespon dengan emosi, selalu dengan perhitungan matang kalkulasi logis. Misal ada burung berkicau kecil – kecil yang membuat bising, tiada mau terpancing, non produktif.
Tetap bermental fokus dan konsisten sesuai takaran seleranya. Dalam bahasa pemasaran sesuai STP nya, segmenting targeting dan positioning. Walaupun disadari bahwa pasar mangsanya bersifat ” ceruk pasar ” tapi faktanya mampu bertahan dan berkembang.
Contoh konkret ;
Pengalaman saya pribadi tahun 1995, sebelumnya cangkang sawit hanya jadi beban pabrik sawit. Tidak laku. Karena dianggap limbah. Menggunung di banyak pabrik kelapa sawit (PKS). Sisi lain batu bara tiap hari ratusan ton di pabrik kertas raksasa dibakar, steam boiler.
Padahal uji mutu saya lakukan, kadar kalorinya sama. Waktu saya uji efektivitas skala pabrik untuk boiler 1 truk dianggap goal. Tapi ada pesaing saudaranya Sang Owner pabrik kertas. Mau merebut ide gagasan bisnis saya tersebut. Lalu saya diuji mental agar uji 1 tronton lagi.
Saya tidak menyerah karena punya keyakinan akan goal sempurna cangkang sawit mampu menggantikan batu bara. Sekalipun saya tiada punya modal, tetap saya datangkan 1 truk tronton lagi. Uji efektivitas lagi. Alhasil goal. Saya dapat royalti jadi supplier 100 ton/hari selama 5 tahun.
Prosesi di atas adalah penjabaran dari ” mental memainkan momentum ” peluang usaha. Jika menyerah tidak mau diuji efektivitas di tungku steam boiler 1 tronton lagi maka saya gagal total permanen. Gigit jari. Peluang emas diambil kompetitor yaitu saudaranya pemilik pabrik kertas tersebut.
Begitu juga saat rutin mengirim 4 tronton per hari, setara 100 ton cangkang tiap hari. Sering kali telinga saya mendengar bagai kicauan burung saja. Orang yang tidak pernah melakukan. Bisanya menyalahkan dan merendahkan orang lain yang fokus konsisten tetap setia melayani.
Endingnya, mereka yang ngoceh ramai tiap hari tiada dapat apapun selain ” cipta limbah ” waktu dan energi sia – sia non produktif. Pesaing saya gagal merebut ide saya. Tapi saya menikmati passive income terkumpul 5 tahun Rp 6,7 miliar. Modal dengkul. Karena memberdayakan apapun milik orang lain.
Kesimpulan ilmu hikmahnya, kawula muda hal mutlak harus membangun dirinya sendiri. Agar jadi pribadi terpilih. Agar jadi pebisnis sejati yang sadar modal utama pertama bisnis adalah ” pribadi kita “, bukan harta kita. Karena bermental intuitif, cepat merespon momentum bisnis.
Agar jadi manusia bermanfaat bagi orang lain jumlah banyak dan jangka panjang. Manusia penikmat nilai tambah untuk berbuat kebaikan, agar jadi bekal saat kembali ke asal, ke Sang Pencipta. Kebenaran pasti menang.
Salam Inovasi š®š©
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630