Sungguh, kita patut bersyukur Indonesia Merdeka sudah 79 tahun. Tiada lagi penjajahan. Kelaparan skala nasional korban ribuan jiwa tahun 1957 – 1962 telah berlalu. Pemberontakan skala nasional G30S/PKI, telah berlalu. Krisis moneter skala nasional 1998, telah berlalu juga.
Saat ini, pertumbuhan ekonomi sehat di atas 5%, saat banyak negara bangkrut dan kelaparan. Masuk peringkat 16 negara G20. Daya saing meroket menyalip Jepang, Turki, India dan Malaysia. Stunting turun menyalip banyak negara termasuk Malaysia.
Namun demikian masih sangat banyak pekerjaan rumah kita. Sekalipun pendapatan per kapita sudah naik tajam, tapi masih banyak kemiskinan dan pengangguran. Artinya ada rasio gini kesenjangan sosial ekonomi yang lebar menganga hingga 0,379.
Jumlah pengangguran terbuka di Indonesia saat ini 7,2 juta jiwa. Jika dibuat rasio indeks pendapatan maka hilang kesempatan pendapatan 7,2 juta x Rp 7,5 juta/orang/bulan = Rp 54 triliun/bulan. Setara Rp 700-an triliun/tahun.
Artinya selama ini jika ada perusahaan dengan karyawan multi posisi dan peran di luar DKI. Umumnya anggaran indeks Rp 7,5 juta/orang. Anggaran ” fix cost ” dengan 100 karyawan x 13 bulan x Rp 7,5 juta/orang = Rp 10-an miliar/tahun.
Potensi dana beredar Rp 700 triliun/tahun untuk 7,2 juta orang pengangguran, itulah yang harus dipikirkan. Caranya cipta lapangan kerja, mereka harus produktif dapat imbalan. Agar ” win win solution ” antara pengusaha pemilik perusahaan dan pekerja.
Indeks pendapatan Rp 7,5 juta/bulan, setara dengan di atas pendapatan per kapita nasional saat ini. Itu sudah cukup, walaupun idealnya negara maju harus minimal Rp 16,5 juta/bulan. Masalahnya, bagaimana caranya agar 7,2 juta pengangguran bisa produktif ?
Tentu harus cipta lapangan kerja. Harus diperbanyak pebisnis pencipta lapangan kerja dan yang kecil menengah di scale up agar makin besar kapasitas usahanya. Sehingga makin banyak menyerap pengangguran jadi produktif. Agar terminimalkan jumlah TKI.
Kalkulasinya jika ada pebisnis baru 72.000 orang saja dengan kapasitas menyerap pengangguran 100 karyawan per pengusaha. Maka setara dengan 7,2 juta orang. Nol pengangguran. Dana Rp 700 triliun/tahun, buat gajian bisa berefek domino luas. Ini harus disadari pentingnya pengusaha.
Konkretnya, saat menganggur numpang hidup kepada yang produktif. Menekan pendapatan per kapita. Karena kerja, dapat Rp 100 juta/orang/tahun. Bisa buat belanja pangan, angsur KPR perumahan, sandang, leasing kendaraan, investasi produktif dan lainnya.
Pengangguran tanpa pekerjaan dan pendapatan sehat. Ibaratnya belum merdeka yang sesungguhnya. Bisa dibayangkan jika tanpa pendapatan tapi wajib ada pengeluaran setiap saat dan setiap hari. Karena pada hakikatnya hidup adalah biaya.
Jika tanpa punya kemampuan membiayai hidup karena menganggur, tak ubahnya belum merdeka. Ini menjadi kewajiban perorangan dan bangsa. Sebuah negara paling cepat maju, jika makin banyak partisipasi dari warganya memajukan negara.
Konkretnya, seorang pengusaha jadi investor industri pangan olahan. Bahan bakunya hasil bumi yang berlimpah hingga murah. Diubah dengan cara hilirisasi inovasi. Jadilah barang langka, hingga jadi rebutan pasar. Karena produk turunan tersebut bermanfaat nyata jadi solusi.
Efek dominonya, lapangan kerja tercipta masyarakat naik pendapatan per kapita dan daya belinya. Petani dapat kepastian pasar dari pabrik tersebut, tidak ragu investasi dan ekspansi luas tanamnya. Pajak juga tercipta rutin dari PPN, PPh, BPKB, PBB dan lainnya. Devisa juga tercipta jika ekspor.
Otomatis masyarakat makin teredukasi dan skill, jika nuansa inovasi produk yang dihasilkannya. Serapan hasil penelitian oleh para peneliti makin banyak. Sehingga moril para peneliti juga makin tinggi untuk meneliti lagi. Tidak terbayangkan, jika 7,2 juta pengangguran semua merdeka produktif.
Solusinya, kampanye pentingnya bermental berani mengawali jadi pengusaha. Mulai di rumah, sekolah, kampus dan lainnya. Iklim usaha kewajiban pemerintah, progjanya yang merangsang agar makin banyak terlahir pengusaha. Sehingga jumlahnya tidak hanya 3,47% seperti saat ini, agar mengejar Singapura yang 8,76%.
Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630