Kawula muda, harus disadari bahwa pendidikan formal sangat penting. Sekali lagi, sangat penting. Itulah sebabnya saya dulu walaupun dilarang orang tua untuk kuliah karena ekonominya. Tapi saya tetap ngotot kuliah di Universitas Airlangga Surabaya.
Sekalipun sambil kerja mengajar, nyapu, ngepel, nyetrika baju orang lain demi cukup. Ikhlas saya jalani. Justru saat ini pengalaman itu teramat indah saya kenang, sumber jadi sebab agar selalu bersyukur dengan keadaan saat ini.
Begitu juga anak – anak, tiada alasan apapun juga, saya wajibkan harus lulus pascasarjana mininal S2, syukur jika hingga S3 Doktor/PhD. Karena sangat penting. Puji syukur sudah kelar, tinggal kesadaran ambil S3. Sekalipun bakal jadi pebisnis agro tani ternak.
Mereka sekarang sudah punya usaha masing – masing dan juga sudah mengkaryakan masyarakat sekitar. Baik tenaga tetap maupun borongan di kebunnya. Agar sama – sama produktif. Tiada pengangguran lagi. Walaupun masih muda belia semua.
Testimoni, saya selaku orang tua mereka. Terasa sekali ” memang beda jauh ” saat masih sarjana dengan setelah lulus pascasarjana S2. Utamanya dalam segmentasi pola pikirnya dan mengurai masalah jadi solusi. Baik di dalam kantor maupun di lapangan.
Beberapa kali saya ingatkan saat awal. Agar ilmunya dipraktikkan bukan hanya sekedar dipahami dan dihafal saja. Sehingga ter up grade produktivitas perusahaan dan percepatan tumbuh kembangnya usaha. Praktik iptek hal mutlak dan penting.
Selama 2 hari saya di rumah Cibubur, sepulang dari Banyuwangi 5 hari. Kontrol pekerjaan dan pulang kampung. Baru 2 hari di rumah sudah dapat tamu 5 rombongan. Kesemuanya mau jadi pebisnis, katanya terinspirasi artikel saya ini.
Hal jadi perhatian saya, sekalipun 5 rombongan tamu saya tersebut hampir semua alumni pascasarjana dan sedang mengelola perusahaan besar. Ada juga yang sedang jadi konsultan. Pertanyaannya klasik, modal minimal berapa yang feasible keekonomiannya.
Tanpa disadari bahwa perusahaan yang mereka kelola saat ini sudah sangat besar. Dulunya juga berawal dari kecil, bahkan nol. Mengaku pula Big Boss (Owner) nya bukan sarjana. Persis bagai pohon beringin besar rindang berawal dari benihnya teramat kecil, tumbuh di antara himpitan batu keras.
Pertanyaan lain lagi, bagaimana cara memilih calon karyawan agar bisa dipercaya. Apalagi memimpin jarak jauh. Karena tahu persis saya sedang olah raga mereka pada berdatangan. Tanpa disadari bahwa semua butuh waktu berproses, tiada sukses instan.
Pada hakikatnya, orang bisa jujur berkapasitas lalu bisa terpercaya. Sangat tergantung kita sebagai Komandannya. Baik buruknya pasukan (staf) kita sangat dipengaruhi leadership kita juga. Jika kita terpercaya integritasnya, niscaya mereka akan ikutan keteladanan yang kita berikan.
Begitu juga saat saya berkisah, sejarahnya saya belum pernah ada maling. Sekalipun nol satpam. Sekalipun ada sapi ratusan ekor dan kendaraan berserakan di tengah kebun sawit. Asal kita dicintai masyarakat, itulah sumber aman hakikinya. Bukan karena satpam atau senjata.
Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630