Mon. Jun 23rd, 2025

Belakangan ini lembaga pendidikan lagi dapat sorotan tajam oleh masyarakat luas. Multi segmen ada saja terjadi kecurangan, padahal semua tahu mental curang dilarang karena akan menuju jurang.

Gelar Profesor Bertaburan.

Saya belum tahu banyak tentang peraturan yang sebenarnya. Yang saya tahu profesor adalah gelar akademik fungsional untuk guru besar yang masih aktif. Jika tidak aktif, tidak disandang lagi.

Terjadi resistensi terhadap gelar profesor. Karena banyak politisi yang menyandang gelar profesor. Majalah Tempo menjadikan topik utama, diduga terlibat Universitas Lambung Mangkurat.

Manipulasi Data Pendidikan.

Kapolda Prov. Nusa Tenggara Timur. Diduga melakukan manipulasi data calon Taruna Akpol. Padahal ini proses seleksi para calon pemimpin. Lalu dianggap mengurangi peluang yang lain sesuai prosedur yang benar. Masyarakat protes besar – besaran.

Kepala Sekolah di Depok, tidak jauh beda hanya bentuk lain tapi sama bersifat curang juga. Ada sebanyak 51 siswa dimanipulasi nilainya. Artinya anak didiknya yang masih kecil – kecil pun sudah diajari agar bermental curang.

Jual Beli Karya Ilmiah.

Dahlan Iskan beberapa hari lalu juga membuat artikel sangat panjang. Yang intinya mengabarkan ada kecurangan di dalam lingkungan perguruan tinggi. Dalam upaya membangun kariernya agar lancar jaya cepat jadi guru besar.

Banyak kejadian memakai jalan pintas, beli karya ilmiah pihak lain. Ini jelas di luar etika. Padahal di sinilah puncak tertinggi komunitas yang mestinya jadi suri tauladan beretika dalam keilmuan. Bukan sebaliknya.

Alumni Perguruan Tinggi Makin Mendominasi Pengangguran.

Rektor Universitas Airlangga Surabaya, Prof Mohammad Nasih pada acara Diskusi Kebangsaan di Jakarta menyampaikan, jumlah kampus di Indonesia terbanyak di dunia 4.000-an. Tapi yang masuk 500 kampus terbaik di dunia bisa dihitung jari.

Jumlah pengangguran alumni perguruan tinggi 13,3% (Kemenakertrans). Alumni perguruan tinggi yang jadi TKI makin mendominasi juga termasuk lulusan S2. Pertanda kampus belum bisa melahirkan Entrepreneur, pencipta lapangan kerja.

Rendahnya Daya Saing Pendidikan.

Presiden Jokowi menyampaikan patut bersyukur Daya Saing Global di Indonesia melompat dari peringkat ke 34 jadi ke 27. Ini luar biasa, mengalahkan India, Jepang, Turki dan Malaysia. Sayangnya kesehatan dan pendidikan, daya saingnya rendah sekali.

Karena hanya peringkat ke 57 dan 58 saja. Jauh kalahnya dibandingkan sektor lain utamanya efisiensi dunia bisnis dan pelayanan publik oleh pemerintah. Pertanda iklim usaha sudah membaik, tapi pendidikan belum bisa melahirkan pengusaha. Jumlah pengusaha hanya 3,47%, itu pun banyak non sarjana.

Kapital Terbang Ratusan Triliun.

Kapital terbang menguras devisa masyarakat berobat ke luar negeri minimal Rp 180 triliun/tahun. Belum lagi impor alat kesehatan dan farmasi juga sangat besar, ujar Presiden Jokowi. Padahal Fakultas Kedokteran sudah banyak.

Tahun 2023, devisa terkuras untuk pendidikan ke luar negeri Rp 160-an triliun. Karena makin tinggi kepercayaan publik terhadap pendidikan ke luar negeri. Dulu, banyak mahasiswa luar negeri kuliah di Indonesia utamanya di bidang pertanian.

Ilmu hikmahnya, bahwa tiada salahnya kejadian – kejadian di atas jadi bahan renungan diskusi dengan hati sendiri untuk mereposisi lagi. Dengan rendah hati. Kenapa ini semua terjadi. KH Ahmad Dahlan berpesan ” Perbuatan baik adalah cara berdakwah terbaik “.

Salam 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *