Mon. Jun 23rd, 2025

Tahun 2012 hingga sekarang banyak pengadaan pupuk organik dan hayati yang diprogramkan dengan memakai dana APBN maupun APBD. Karena persaingan di lapangan makin ketat butuh upaya khusus agar jadi pemenang dalam permainan.

Sisi lain agar tidak ikut terlibat jika ada oknum yang masih doyan korupsi. Sehingga butuh taktis bisnis, manuver kegiatan penetrasi pasar. Agar steril dari ancaman. Ini penting bagi saya selaku formulator pupuk organik (Organox) dan hayati (Bio Extrim).

Saya kedatangan tamu 2 orang. Seorang pemilik perusahaan pupuk dan seorang lagi master mikroba, lulusan S2 hal mikroba. Yang intinya minta tolong diajari cara membuat formula pupuk hayati (mikroba), Bio Extrim dan Organox contohnya.

Tentu saya tanya balik, bukankah sudah master di bidang mikrobiologi. Tapi karena santun dan rendah hati, saya jadi sangat hormat. Apalagi disampingi pemilik perusahaan pabrik pupuk, mitra bisnisnya. Saya cari gali lebih dalam sebabnya kalah tender.

Karena mengaku sering kalah di harga lelang. Padahal mutunya bagus sesuai syarat mutu yang diminta oleh panitia pengadaan. Tentu saya senyum saja dalam hati. Mengaku kalah harga, karena harga pokok produksi (HPP) nya tinggi.

Kesimpulannya, saya sarankan agar tidak ingin tahu bahan baku, metode dan cara membuat formula produk orang lain. Akhirnya sepakat kontrak beli curah jumlah besar rutin jangka panjang. Merek dagang miliknya, saya isinya.

Kesimpulannya. Harga curah dari saya Rp 20.000/liter. Dikemas ulang lalu dijual pengadaan di daerah – daerah dengan harga sesuai pagu SOP di APBN/APBD Rp 65.000/kemasan botol isi 1.000 ml (1 liter). Dibuat beberapa merek dagang.

Praktis saya tidak pusing di persaingan lelangnya. Merek dagang apapun namanya, yang menang tetap ambil isinya dari saya walaupun harga murah meriah dan terpenting saya tidak terlibat mekanisme pengadaannya.

Saran saya terpenting, agar tiap Gapoktan dikasih produk untuk testimoni. Agar hasilnya nampak nyata di depan kelopak mata. Didampingi PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan). Saya minta agar diaplikasikan pada lahan di pinggir jalan agar banyak mata menyaksikan.

Dengan begitu Dinas Pertanian Daerah setempat tidak pusing memilih produk dan pasti akan mengajukan produk yang telah diuji lapangan di beberapa kelompok tani. Karena program pengadaan pupuk organik dan hayati untuk petani.

Ilmu hikmahnya, bahwa saya selaku pemilik hak kekayaan intelektual usaha formulasi. Tidak lagi pusing melayani pesanan ritel para petani. Fokus menjaga mutu dan efektivitas saja. Melayani 4 pabrik pupuk dengan beberapa merek dagang. Cukup.

Bahwa pada skala tertentu betapa sangat pentingnya membuat kaji ulang. Mana yang lebih untung pola 2 x 10 atau 10 x 2. Artinya laba 2 dengan 10 kali transaksi atau laba 10 tapi hanya 2 kali transaksi karena kapok. Ini prinsip pilihan sikap.

Kawula muda, dari kisah nyata di atas. Terbukti nyata makin tinggi pendidikannya hingga pascasarjana S2 sekalipun. Jika punya etika dan rendah hati. Sang pemilik pabrik tempat kerja, tidak mudah kesal. Saya pun juga memberi solusinya.

Artinya bahwa pendidikan formal harus linier tumbuh kembangnya dengan etikanya. Ini hal mutlak.

Bayangkan saja jika pemilik perusahaan tersebut kecewa karena kalah harga terus. Bayangkan juga kalau saya tidak mau join formulasi pupuk hayati karena tidak etis. Pasti pusing. Untungnya santun rendah hati walaupun alumni pascasarjana S2.

Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *