Ekonometrika, ilmu yang memanfaatkan matematika dan statistika untuk kepentingan ekonomi, berbasiskan empirik. Untuk diprediksi dan diantisipasi apa yang akan terjadi di masa depan.
Sensus Pertanian 2023 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sangat penting manfaatnya. Ibarat kita sekolah itulah rapor kinerja kita selama 10 tahun terakhir, karena diadakan tiap 10 tahun sekali.
Ibarat kita sebagai pebisnis, itulah portofolio yang bisa dijadikan data empirik dari ekonometrika. Data masa lalu. Dijadikan pedoman apa prediksi yang akan terjadi dan apa antisipasi kita.
BPS melaporkan jumlah petani 2023 sebanyak 29,36 juta. Mengalami penurunan dari 31,70 juta, Sensus Pertanian 2013. Turun 7,45%. Padahal jumlah penduduk yang butuh pangan 25 jutaan tambahnya selama 10 tahun terakhir.
Artinya tidak terjadi linier, justru kontradiktif. Diagonalis negatif. Beban Indonesia di bidang pangan makin sangat berat. Produsen pangan makin sedikit saat bersamaan jumlah konsumen pangan makin banyak. Ironis.
BPS dari Sensus Pertanian 2023, proporsi umur petani. Umur 15 – 24 tahun hanya 1,24% saja. Umur 25 – 34 tahun hanya 10,24%. Umur 35 – 44 tahun hanya 20,08%. Umur 45 – 54 tahun sebanyak 27,09%. Umur 55 – 64 tahun sebanyak 23,20% dan di atas 65 tahun sebanyak 15%.
Artinya masa depan produsen pangan sangat memprihatinkan karena petani muda usia 15 – 24 tahun hanya 1,24% saja dari total petani. Ini gejala profesi produsen pangan tidak diminati anak muda. Rawan serius.
Kita ” gagal total ” meyakinkan kepada para pemuda agar pada punya semangat motivasi tinggi jadi pebisnis pangan. Ini akibat dari petani yang ada di mata mereka ” tidak sejahtera ” lalu tidak mau ikutan. Dari pada jadi penduduk tidak sejahtera.
BPS hasil Sensus Pertanian 2023. Menyajikan data bahwa pemilik lahan di bawah 1 hektar sebanyak 21,68 juta keluarga. Yang punya lahan di atas 20 hektar hanya 15.000 KK petani. Padahal jumlah petani kita 29,36 juta.
Artinya karena petani kita 73,84% hanya punya lahan di bawah 1 hektar. Maka ” benar anggapan ” anak muda bahwa peluang mau hidup makmur sejahtera dari profesi petani sangat kecil. Bukan labanya sedikit, tapi labanya tidak cukup buat hidup layak.
Kalkulasi logis empiris pribadi. Jika lahan 1 hektar ditanam padi hanya dapat 6 ton GKP/ha harga Rp 6.000/kg maka setara omzet Rp 36 juta/ha. Jika 2 kali tanam maka dapat Rp 72 juta/ha/tahun. Omzet kedelai maksimal Rp 20 jutaan/ha/musim.
Total omzet hanya Rp 92 juta/ha/tahun. Jika profit margin 30% maka setara dapat laba Rp 27 juta/ha/KK/tahun. Setara pendapatan laba Rp 2,25 juta/bulan/KK. Padahal ideal negara maju harus minimal laba Rp 16 juta/bulan/KK.
Makin miris lagi. BPS melaporkan data Sensus Pertanian hal ” Petani Gurem ” sebutan pemerintah petani pemilik lahan di bawah 0,5 ha/KK. Ngeri sekali, jumlahnya 17,25 juta KK dari total petani pengguna lahan 27,80 juta KK. Setara dengan 62,05%.
Ini memberi pesan bahwa petani kita ” gawat darurat ” membutuhkan perluasan lahan. Pada kesempatan pertama. Karena pendapatan laba bersih dari menanam padi, jagung dan kedelai. Sangat tidak layak untuk hidup sejahtera.
Sumber protein hewani pencegah stunting dari sapi kerbau. BPS melaporkan terjadi depopulasi sapi dan kerbau. Jumlah populasi sapi dan kerbau turun drastis. Sensus Pertanian 2013 sebanyak 14,20 juta ekor. Tapi pada tahun 2023 hanya 11,83 juta ekor.
Kesimpulan :
Data BPS hasil Sensus Pertanian 2023 menunjukkan bahwa ada gejala profesi petani sebagai rohnya pangan, tidak diminati anak muda hanya 1,24% petani usia 15 – 24 tahun dari total petani. Karena pada miskin dampak dari kepemilikan lahan sangat sempit.
Ini ancaman ” sangat serius ” bagi masa depan bangsa kita. Pangan soal hidup matinya bangsa (Bung Karno), pangan di masa depan rohnya ada pada petani muda. Tapi kok jumlahnya sangat sedikit. Padahal sarjana pertanian di Indonesia terbanyak di dunia.
Solusinya ;
Atasi pada kesempatan pertama penyebab petani belum sejahtera. Caranya harus punya lahan luas dan sapi banyak. Jalan pintasnya cetak sawah 5 juta hektar dan impor sapi indukan 6 juta ekor. Untuk para petani muda. Mereka pemilik masa depan Indonesia tercinta ini.
Salam 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630