” Percepatan majunya sebuah bangsa sangat dipengaruhi oleh seberapa banyak pelaku usaha bangsa tersebut. Makin banyak pelaku usahanya maka makin pesat majunya bangsa tersebut ” Ciputra.
” Sebuah negara berbanding terbalik antara jumlah pengusaha dan penganggurannya. Jika banyak pengangguran pertanda negara tersebut sedikit pengusahanya “. Bob Sadino
” Kemakmuran sebuah negara terindikasi dengan jelas jumlah pelaku bisnisnya, makin banyak pebisnisnya, maka makin makmur negara tersebut “. H Abd. Rasyid Konglomerat Kalteng.
” Sebuah negara akan makin inovatif dapat nilai tambah besar, jika banyak invensi hasil penelitian jadi inovasi oleh pengusahanya. Jika negara tersebut makin banyak jumlah pengusaha maka makin banyak yang mengkomersilkan invensi jadi inovasi “. Chairul Tanjung.
” Kemajuan sebuah bangsa bukan terletak pada seberapa besar kekayaan alam yang dimilikinya. Tapi terletak pada kesungguhan membangun karakter manusianya. Pintarpun akan sia – sia jika malas ” . BJ Habibie.
Pernyataan – pernyataan di atas semua oleh praktisi bisnis skala nasional. Satu dengan lainnya saling terikat dan terkait. Seirama saling menyepakati dan menyempurnakan. Sehingga perlu kita uji kebenarannya.
Agar kawula muda, bisa dengan mudah mengambil ilmu hikmahnya. Mari kita bedah satu persatu dengan data fakta lapangan jadi pembelajaran agar jadi pemantik kita bangkit. Lalu kita replikasikan.
Pendapatan Per Kapita.
Adalah indikator kemakmuran sebuah bangsa. Produk domestik bruto (PDB) tinggi sekalipun jika per kapita rendah. Bukanlah negara makmur. Karena cerminan produktivitas perorangan warga bangsanya.
Pendapatan per kapita Indonesia hanya USD 5.000 sekalipun PDB nya tertinggi di Asean USD 1,4 triliun. Tapi Singapura pendapatan per kapita USD 84. 714, setara 17 kali lipatnya Indonesia. PDB Singapura USD 497,35 miliar, kalah dengan Indonesia.
Indeks Inovasi Global.
Indeks inovasi global adalah indikasi kinerja riset dan inovasi sebuah negara. Baik lembaga, penelitian, insan peneliti, jumlah hak kekayaan intelektual yang terdaftar dan invesi hasil riset yang berhasil dikomersilkan.
Indonesia dari peringkat ke 85, saat ini naik ke 61 dari 132 negara yang di survei. Padahal jumlah kampus di Indonesia 4.000 an sebagai pusat penelitian, terbanyak ke 2 di dunia. Singapura jumlah perguruan tinggi sangat sedikit tapi peringkat ke 5
Ketahanan Pangan.
Ketahanan pangan sebagai rohnya bangsa. Mencakup 4 unsur bermutu, harga terjangkau, tersedia setiap saat dan mudah diakses. Beda dengan swasembada pangan, jika swasembada pangan maksimal impor 10% dari kebutuhannya.
Indonesia lahannya luas, banyak gunung berapi pertanda subur dan banyak air mengalir. Tapi ketahanan pangan kalah dengan Singapura. Termasuk dengan Malaysia dan Vietnam. Pertanda kekayaan alam berlimpah, bukan jaminan kemakmuran.
Jumlah Pengusaha.
Pengusaha lokomotif perekonomian bangsa. Karena menggerakkan perekonomian, mengkaryakan masyarakat agar produktif, mengkaryakan dana di bank, membayar pajak untuk APBN, menyerap hasil riset dan lainnya.
Jumlah pengusaha di Indonesia hanya 3,47% saja. Tapi Singapura sudah 8,6%. Konsekuensi logisnya jumlah pengangguran terbuka kita 7,86 juta, hingga meluber diekspor jadi TKI saat ini legal ilegal 9,5 juta. Sekarang marak ke Australia.
Sebaliknya karena demi cipta lapangan kerja, agar ada pendapatan, lalu punya daya beli, tidak miskin dan pertumbuhan ekonomi dinamis. Maka kita impor pengusaha sebagai investor (PMA) dari banyak negara. Singapura, investor terbanyak di Indonesia.
Kesimpulan, data fakta di atas hanyalah akibat saja. Dari Indonesia kekurangan pengusaha sebagai investor, off taker hasil riset, kontributor pajak jumlah besar untuk APBN dan lainnya. Maka kawula muda, terpanggilah jadi investor (pengusaha). Bangsamu memanggilmu
Salam Mandiri 🇮🇩
Wayan Supadno
Praktisi
HP 081586580630