Tahun 2009, saya menyewa lahan tandus cadangan perumahan di Jonggol Bogor. Luas 21 hektar, dibayar setelah panen. Karena menerapkan inovasi remediasi ala Israel. Hasilnya naik tajam biasa 3,5 ton GKP/ha, naik tajam jadi 7,8 ton GKP/ha. Saya sewa 6 tahun.
Karena saya cetak ulang jadi sawah dan remediasi butuh anggaran plus. Setidaknya alat berat excavator, pupuk kandang dan biang mikroba Bio Extrim dan hormonal Hormax formula hak paten kekayaan intelektual saya sendiri.
Sebelumnya dilakukan kajian pra investasi karena nyaris tanpa modal, excavator pun dibayar setelah panen juga. Karena kepercayaan. Praktis tiap 4 bulan panen padi. Lalu ekspansi lagi. Ada yang menanam singkong, buncis dan cabe.
Selain itu pendapatan saya dari industri formulasi dan produksi pupuk Organox, pupuk hayati Bio Extrim, hormonal Hormax dan biopestisida Bomax. Cukup besar, miliaran per bulan. Bahkan ada beberapa merek dagang milik orang lain, isinya saya yang membuatkan.
Tahun 2012, kembali punya dana sendiri jumlah cukup besar dari hasil panen padi, singkong dan cabe di Jonggol Bogor. Lalu ekspansi ke Pangkalan Bun Kalteng. Menanam buah naga, jeruk manis yang tahan panas dataran rendah yaitu jeruk madu chokun dan sawit.
Karena mau melibatkan dana besar dari hasil panen padi 21 ha, cabe 3 ha dan singkong 37 ha. Rutin. Maka harus dialirkan ke investasi produktif jangka panjang. Sumber passive income. Yang harapannya bisa dengan manajemen jarak jauh.
Saya di Cibubur dinas militer di Lembaga Biomedis milik TNI AD, pangkat Mayor Ckm sebagai Kabag Litjianbang. Perwira peneliti. Tapi lokasi usaha di Pangkalan Bun Kalteng. Penerbangan pun saat itu adanya 2 kali saja dalam seminggu.
Harus bisa membuat kajian estimasi cashflow rencana investasi buah naga, jeruk madu chokun dan sawit. Harus tepat mengelola waktu dan penggunaannya. Ini sangat penting karena berbasiskan simulasi empirik, agar bisa diprediksi dan antisipasi.
Sempat deposito jumlah banyak hingga belasan miliar. Tahun 2012. Sekalipun tahun 2008 bangkrut Rp 38 miliar usaha rumah sakit klinik apotek dan properti di Pekanbaru Riau. Ini sangat tidak baik. Karena tidak optimal produktif. Tidak bermanfaat bagi masyarakat.
Saya tidak suka aset ” malas tidur – tiduran ” di bank tapi saya pemiliknya ” kerja keras ” terus tiada kenal lelah. Prinsip saya, aset harus lebih kerja keras dibandingkan saya sebagai pemiliknya. Dikelola oleh manajemen profesional di bidangnya.
Mental ” tidak malas ” dan mental tidak membiarkan ” aset malas ” hal sangat penting bagi saya. Maka harus rajin mencari ide gagasan bisnis dan membuat kajian estimasi cashflow pada pra investasi. Ini prinsip yang selalu saya jalankan sejak dulu hingga sekarang.
Contoh.
Jeruk Madu Chokun.
Paling tepat untuk dataran rendah dan sangat panas. Seperti daerah asalnya. Bibit, pupuk dan perawatan sampai buah Rp 150.000/pokok. Atau setara Rp 75 juta/ha dengan jarak tanam 4 x 5 meter. Umur 3 tahun mulai panen. Dapat 30 ton/ha/tahun. Omzet 30 ton/ha x Rp 15.000 = Rp 450 juta/ha/tahun. Umur sampai 12 tahun.
Sawit Benih Inovasi.
Investasi land clearing lahan, bibit, tanam, perawatan dan pupuk sekitar Rp 400.000/pokok. Atau setara Rp 55 juta/ha dengan jarak tanam 8 x 9 meter. Potensi hasil 200 kg TBS/pokok/tahun setara 28 ton/ha/tahun. Harga pokok produksi Rp 1.100/kg, jual Rp 2.500/kg. Umur 30 bulan mulai produksi. Selama 25 tahun produksi.
Kesimpulan. Apapun keadaan kawula muda mau punya dana atau tidak. Hukumnya wajib senantiasa melatih diri melahirkan ide gagasan bisnis (intuisi) sekaligus membuat kajian estimasi cashflow pada pra investasi. Agar segala kemungkinan bisa diprediksi dan diantisipasi. Ini nilai terbesar bagi pebisnis.
Salam Improvisasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630