Banyak sekali kisah nyata para pengusaha sukses melegendaris dikenang indah sepanjang masa, hingga kenangan indah itu hidup lebih lama dari orangnya. Karena caranya yang humanis. Mengedapankan sentuhan kemanusiaan.
Usahanya nyata dirasakan bermanfaat bagi masyarakat. Karena pemilik usaha dapat dukungan total dari segenap manajemen pengelola dan karyawannya. Karena usahanya diamankan dan dibanggakan oleh masyarakat sekitarnya.
Padahal kalau disimak dengan seksama di lapangan pola memimpinnya bersahaja. Mencari, menemukan dan memenuhi apa yang dibutuhkan maupun diinginkan oleh karyawan maupun masyarakatnya. Utamanya hal kamanusiaannya.
Seolah menjabarkan ajaran teori bahwa kebijakan rasional makro, bisa didapat hanya dengan sentuhan mikro nuansa emosional. Mendorong batu besar dan teramat berat, hanya dengan batu ungkit teramat kecil. Bergeser hanya dengan batu kecil berjejer.
Contoh aplikasinya yang bisa diambil ilmu hikmah, buat kawula muda ;
Dulu saya sebelum pendidikan militer di Magelang, seusai wisuda di Unair Surabaya. Saya sempat kerja jadi karyawan selama 2 tahun. Big Boss saya orang Bule dari Inggris, perusahaan farmasi. Terasa sangat humanis cara memimpinnya.
Sehingga kerja tidak terasa lelahnya. Ide gagasan kreatif saat kerja ada saja, tumbuh dengan sendirinya. Etos kerja naik. Hanya karena selalu kesan pertama saat komunikasi hal – hal yang menyentuh hati yang jadi atensi. Tanya kabar kesehatan dan orang tua.
Saat dapat pencapaian kinerja tiap bulan kaji ulang dari jurnal nasional. Yang dapat 3 besar selalu ditelepon dengan teramat santun. Ucapan terima kasih bukan hanya sekali saja. Minimal 2 kali. Sekaligus memberi ilmu leaderhsip dan motivasi, misalnya.
Pengalaman saya selaku bawahannya. Karena hampir selalu tercapai 3 besar terbaik tingkat nasional. Sering ditelepon diskusi nuansa humanis. Saat saya ulang tahun. Dapat kado dan kartu bertinta emas tanda tangannya. Narasi apik sekali. Menetes air mata saya, bahagia.
Beda lagi sahabat saya, beliau pengusaha sukses. Mengkaryakan ribuan orang, anggaran buat gajian saja belasan miliar/bulannya. Hingga ada 3 perumahan yang kesemua unitnya diborong untuk segenap karyawannya dengan KPR Bank BTN. Bahagia dan produktif semua.
Pola manajemennya sangat sederhana. Rendah hati dan penuh etika. Mengedepankan sentuhan hubungan sesama manusia. Misal saja, tiap kali ke kantor suka menyambangi para karyawannya. Selalu tanya kesehatan dan keluarganya. Tanya juga keluhannya di tempat kerja.
Saat komunikasi dengan saya per telepon. Selalu pertanyaan pertama kesehatan dan keluarga, kadang tanya kabar orang tua. Jarang sekali tanya hal bisnis di awal pembicaraannya. Kadang justru ngajak ketawa ngakak berkisah masa lalu. Sekaligus ledek – ledekan.
Nampak jelas cerdasnya, walau hanya lulusan SLTA dan putus kuliah. Tapi saya maklum karena staf – stafnya banyak yang alumni pascasarjana dan punya pengalaman panjang jatuh bangun dalam menjalankan bisnisnya. Sehingga teredukasi oleh keadaan dan lingkungan kerjanya. Santun penuh etika.
Beda lagi dengan sahabat saya di Pekanbaru Riau. Usahanya kebun sawit. Sesungguhnya tidaklah luas amat hingga puluhan ribu hektar. Tapi begitu humanisnya cara mengelola usaha. Tiap awal bulan saat gajian, selalu berbagi beras ke panti jompo dan yatim piatu. Selalu 1 colt diesel.
Yang jadi target utamanya masyarakat di sekitar kebun sawitnya. Tak jarang bertandang ke masyarakat. Duduk lesehan, memakai celana pendek. Persis masayarakat biasa. Seolah tiada beda dengan lain, padahal Big Bossnya di situ. Kebunnya ribuan hektar tempat kerjanya banyak orang. Aman.
Ilmu hikmahnya, bahwa ” Manajemen paling baik adalah manajemen yang bisa memanusiakan manusia. Terbangunnya kesadaran berpartisipasi produktif. Dengan sentuhan humanis. Memelihara agar tetap beretika “, seperti pesan di bukunya Gede Prama, Sang Begawan Manajemen.
Salam Mandiri 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630