Mon. Jun 23rd, 2025

Sejujurnya, tiap kali saya baca berita ada perusahaan tutup lalu merumahkan (PHK) karyawannya, apalagi skala jumlah banyak. Hati saya miris. Karena saya pernah jadi karyawan seperti mereka.

Misal saja yang saat ini lagi heboh Pabrik Sepatu Bata. Tutup operasional. Merumahkan 233 karyawannya. Terbayang oleh saya, anggaran gajian tidak kurang Rp 1 miliar/bulan. Langsung stop.

Padahal dana Rp 1 miliar/bulan untuk gajian tersebut lewat saja. Sudah punya anggaran untuk pindah tangan lagi. Misal untuk beli beras dan pangan lainnya. Angsuran rumah dan leasing kendaraan.

Otomatis toko beras dan pangan lainnya juga drop omzetnya. Begitu juga angsuran KPR rumah dan leasing kendaraan juga terganggu, bisa jadi sebagian ada yang terancam macet. Belum lagi biaya sekolah anaknya.

Akan makin pusing lagi, jika harga pangan sedang meroket karena barangnya impor. Dari negara asal sudah mahal karena memakai dolar, ditambah lagi banyaknya ” rente ” memperpanjang rantai pasok. Menambah laba dan harga tiap ruas transaksi.

Lalu harga akhir jadi mahal. Masayarakat jadi beban karena ulah para ” pemain rente ” . Misal saja daging kerbau dan sapi, di Indonesia jauh lebih mahal dari negara lain. Misal Singapura dan Malaysia. Padahal negara asalnya impor sama.

Sebaliknya, saya melihat banyak sahabat saya di Pangkalan Bun Kalteng. Banyak sekali petani sayur misal cabe, tomat, terong, buncis, dan lainnya. Semua pendatang dari Jawa yang dominan ekonominya bermasalah.

Puluhan orang, kebanyakan dari Banyuwangi. Sebagian dulunya kerja di kebun saya. Mengurus jeruk, buah naga dan sawit. Belasan tahun silam. Sambil bertani sayur mayur (hortikultura). Tanah numpang. Tidak sampai 3 tahun pada mandiri.

Mereka pada punya tanah sendiri di pinggiran kota Pangkalan Bun. Masyarakat Pangkalan Bun juga diuntungkan karena tidak lagi harus banyak tergantung dari hasil panenan di Jawa. Lahan juga jadi produktif. Menyenangkan.

Kebanyakan orang menganggap Pangkalan Bun Kalteng, kotanya kecil. Pada heran kenapa begitu besar kebutuhan pangan dan kotanya kenapa begitu pesat majunya. Mereka lupa bahwa banyak pabrik dan kebun sawit di dalam wilayahnya.

Konkretnya tahun 2011, saya pertama ke Pangkalan Bun. Penerbangan adanya cuma 2 kali dalam seminggu dari Jakarta. Tapi saat ini 2023 ada 3 kali penerbangan dari Jakarta, 3 kali dari Semarang dan 3 kali dari Surabaya. Dinamis majunya.

Strategi para sahabat saya sesama petani tersebut, yang dulunya mantan bangkrut dan PHK. Saat mau menanam mereka pada intelijen pasar dulu ke pelabuhan. Cek barang apa saja dan berapa banyak yang didatangkan dari Jawa. Itulah yang ditanam.

Apapun yang ditanam mudah dipasarkan dengan laba sehat (marketable dan feasible). Sehingga tidak perlu heran jika panen cabe atau semangka 1 hektar selama 1 tahun, hasilnya bisa beli lahan yang dipinjam pakai tanam tersebut.

Juga tidak perlu heran jika anak – anaknya pada mentas kuliahnya. Rumahnya pada bagus. Jauh di atas dari harapan mereka saat datang dulu. Sering kami kumpul – kumpul. Tertawa ngakak kalau ingat masa lalu. Saat mengawali. Kami sungguh sangat bersyukur.

Saat datang hanya membawa baju yang melekat di badan saja. Kemauan keras yang mengubahnya. Karena kami sadar bahwa mustahil orang lain mengubah nasib kita. Karena Tuhanpun berjanji tiada kan mengubah nasib kita, jika kita tidak berusaha mengubahnya sendiri.

Salam Bangkit 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *