Tue. Jun 24th, 2025

Sering kali saya ditanya oleh member group medsos. Bagaimana awalnya mengawali bisnis, bagaimana prosesi mewujudkan mimpi, bagaimana tanpa modal kok bisa punya bisnis dan lainnya. Pertanyaan bernuansa pengalaman saya pribadi.

Sejujurnya, saya suka sekali jika ada kawula muda mau bertanya seperti itu. Apalagi kalau bukan hanya dijadikan sebatas pengetahuan saja. Asal tahu saja. Melainkan betul – betul dipraktikkan dengan modifikasinya.

Saya senang karena dipaksa harus mendongeng kisah saya sendiri. Sama persis dengan saya dulunya. Tukang menyimak kisah orang lain, diambil inti sari pelajarannya. Ilmu ini sangat mahal sekali.

Karena biaya sekolahnya mahal. Misal saja, rugi, tertipu, gagal, salah estimasi dan musibah alam. Itu semua ibaratnya SPP kuliah bisnis nyata. Selain pengorbanan waktu, tenaga dan energi. Juga dana jumlah besar.

Konkretnya ;

Orang tidak banyak tahu kalau saya berulang kali ditolak. Misal memasarkan karung bekas, cangkang sawit dan batu kapur. Harus ekstra ulet tetap meyakinkan bahwa pembeli akan dapat manfaat banyak.

Orang tidak banyak yang tahu bagaimana saya harus rugi dagang ikan mas dari Danau Maninjau Sumbar dikirim ke Pematang Siantar Sumut. Pernah mati total 2 truk. Karena ada long mars latihan militer macet total.

Orang tidak banyak tahu saya rugi besar – besaran. Ditipu oleh pemborong penanaman kelapa sawit skala 43 hektar. Bibitnya dijual, tidak ditanam. Karena 3 bulan tidak dicek di lapangan karena tugas militer.

Tapi demi sebuah mimpi. Tidak berhenti. Tetap dilakukan berulang kali, sampai mimpi itu betul – betul terwujud. Sepanjang kalkulasinya masih logis. Terukur dan memungkinkan untuk diwujudkan. Butuh keteguhan hati.

Tapi banyak orang gagal, langsung berhenti dan menghakimi dirinya tidak bakat atau bukan jodoh rezekinya di situ. Tidak cocok. Tidak mampu. Padahal ibaratnya, berhenti di pintu gerbang jalan suksesnya.

Kesalahan terbesarnya ” tidak mau ambil ilmu hikmahnya ” pada kejadian tersebut. Padahal itulah inti ilmu bisnis. Dapatnya ilmu justru ” di balik ” dari apa yang dilakukan. Ilmu teori sangat penting, tapi jauh lebih penting ilmu dari ” laku ” nya sendiri.

Kesalahan terbesar kedua, tidak mau melangkah laku lagi. Misal karena kapok atau trauma dengan kegagalannya. Padahal sudah dapat ilmu hikmah dari kesalahan langkah sebelumnya. Tinggal menyempurnakan saja.

Dinamika menjalankan usaha pasti ada. Jangankan hanya usaha, samudera biru yang luas saja ada pasang surutnya. Tapi justru pasang surut dinamika usaha itulah proses pembekalan ilmu usaha (bisnis). Apapun jenis bisnisnya.

Begitu juga, sesungguhnya teramat sulit hanya modal dengkul tapi mimpi punya bisnis harus terwujud. Karena tidak mudah meyakinkan pemilik barang dagangan agar boleh kita dagangkan. Butuh proses, agar dipercaya.

Tapi begitu kita bisa dipercaya. Misal konsinyasi. Jika sudah berulang kali maka kepercayaan makin besar, implikasinya barang yang boleh kita dagangkan makin banyak. Jadilah omzet dan laba makin besar. Lambat laun jadi modal sendiri dari laba tersebut.

Ilmu hikmahnya. Berani memulai. Jika gagal diambil ilmu hikmahnya. Jangan menghakimi diri ” Si Sial “. Tapi tetap melangkah lagi berbekal ilmu hikmah pada langkah sebelumnya. Niscaya makin banyak ilmu laku dan skill mengelola bisnisnya.

Salam Mandiri 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *