Tue. Jun 24th, 2025

Apapun alasannya yang konsisten tetap berusaha inovatif yang akan jadi pemenang dalam persaingan. Bahkan saat sebuah komoditas harga murah karena berlimpah. Hukum pasar, apabila barang banyak kurang peminat, harga jadi murah.

Bisa berubah jadi mahal, karena mau menghilirisasikan invensi hasil penelitian agar jadi inovasi. Termasuk penetrasi pasar, mengembangkan pangsa pasar. Agar serapan komoditas tersebut makin besar, lalu mahal.

Agar kawula muda bisa menuai ilmu hikmahnya. Lalu ilmu hikmah tersebut jadi pembelajaran diri melangkah nyata, berbuat serupa yang bermanfaat bagi orang lain. Berikut ini beberapa kisah nyata di Indonesia.

Citronella Geraniol.

Daun jeruk purut di Tulungagung Jawa Timur, dulu berlimpah. Hingga harga murah. Spontan jadi mahal kebutuhan besar karena diambil minyak atsiri Citronella Geraniol. Begitu juga Sereh Wangi.

Kebutuhannya sangat besar karena dipasarkan bukan hanya di Tulungagung saja. Melainkan diekspor ke Eropa dan banyak negara lainnya. Negara – negara yang sangat peduli pertanian organik berkelanjutan.

Eugenol dan Methyl Chavicol.

Merupakan minyak atsiri dari daun salam. Dari pada diekspor dalam wujud daun kering angin. Seperti yang diminta ke saya oleh Pejabat Kemenlu RI di Amerika Serikat. Mendingan dihilirisasikan terlebih dulu.

Dengan begitu akan dapat nilai tambah cukup besar selain cipta lapangan kerja di dalam negeri. Yang terpenting ongkos kirim makin murah, serapan banyak. Penetrasi pasar di industri farmasi makin besar.

Abon Nangka Muda.

Jika hanya dijual bahan baku saja maka akan murah sekali, karena daya serap pasar hanya sebatas lokalan domestik. Tapi karena ada yang adaptif dengan inovasi dijadikan abon nabati siap seduh.

Menyerang pangsa pasar abon daging sapi di Eropa. Di sana dipasarkan siap seduh dalam kemasan kedap udara. Praktis apik diminati hotel dan restoran serta masyarakat menengah ke atas. Apalagi mualaf.

Oleokimia Sawit.

Kalau yang satu ini jutaan ton. Hingga cipta lapangan kerja jutaan kepala keluarga dan cipta pajak maupun devisa puluhan triliun tiap tahunnya. Karena kebun sawit kita terluas di dunia 16,38 juta hektar. Dengan hasil CPO 49 juta ton/tahun dan PKO 5,6 juta ton/tahun.

Amerika Serikat saja sekitar 2,4 juta ton/tahun. Untuk segala macam kebutuhan kosmetik, farmasi dan lainnya. Hanya dari minyak kernel sawit. Ke depan kita akan produksi Bioavtur dari minyak kernel (PKO). Baru diekspor agar nilai tambah hilir tinggi.

Lalu, bagaimana caranya agar itu terjadi dan makin banyak kawula muda berpartisipasi produktif program hilirisasi tersebut. Tentu memastikan calon pembeli di pasar global. Intelijen pasar global. Ini hal mutlak pertama dan utama, memastikan pasar. Marketable.

Selain itu tidak kalah pentingnya melakukan intelijen bahan bakunya. Mumpuni atau tidaknya dalam proses industrialisasinya. Jangan sampai mengganggu PPIC (production, planning and inventory control) nya industri.

Barulah cipta kondisi agar dipercaya. Dengan memasarkan ide gagasan bisnis inovatif kita. Banyak kisah para pemain pasar global didanai oleh para pembeli produknya. Misal saja dengan barter antara mesin teknologi dan produknya.

Ilmu hikmahnya. Bahwa ide gagasan bisnis inovatif ruas hilir sangat bernilai. Kawula muda, jika mau cepat melejit jadi insan legendaris mesti melakukan hal serupa di atas. Soal modal adalah kepercayaan, sangat tergantung kemampuan kita dalam memasarkan kualitas diri kita.

Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *