Thu. Jun 26th, 2025

Selama 10 hari di Pangkalan Bun Kalteng, saya kedatangan tamu 4 rombongan. Totalnya 14 orang. Semua dari luar Pangkalan Bun. Ada dari Jakarta, Medan dan Surabaya.

Ada rencana pengembangan usaha. Ada juga yang mau mulai bisnis. Intinya semua mau cipta lapangan kerja, dengan cara hilirisasi inovasi dan ekonomi sirkular nol limbah.

Ada topik diskusi. Kenapa start up (perintis bisnis) di Indonesia terbanyak ke 6 di dunia. Tapi hampir semua berguguran. Tahun 2023, ada 2.562 start up, tapi yang selamat bisa dihitung jari.

Ada juga yang bertanya, apakah saya selama ini bisnisnya pada area proyek APBN dan APBD. Atau dapat fasilitas kemudahan. Atau karena fasilitas perbankan. Saya jawab tegas, salah semua tudingan itu.

Saya jelaskan bahwa saya tidak ikut proyek APBN/APBD juga tidak main perbankan dalam pengembangan perkebunan, perikanan patin dan peternakan sapi. Semua karena upaya konsisten inovatif.

Konkretnya, menjaga karakter dan kapasitas. Dengan komitmen yang konsisten. Agar punya nama baik untuk sebuah ” merek perorangan ” agar saya bisa jadi manusia terpercaya.

Tidak kalah penting, membangun mental agar kapasitas (kemampuan) praktik iptek inovasi di lapangan. Intinya membangun mental agar jadi manusia pembelajar. Gemar belajar langsung praktik.

Sehingga harga pokok produksi (HPP) makin rendah yang tujuannya agar laba tambah leluasa. Tanpa adaptif inovasi atau hilirisasi invensi agar jadi inovasi membumi, sulit bisa berkompetisi.

Contoh.

Tahun 2009, saya melakukan riset mikroba jadi pupuk hayati Bio Extrim, hormonal Hormax, pupuk bioorganik Organox dan biopestisida Bomax. Minimal 6 bulan baru kelar dan semua dana pribadi.

Saat uji mutu di Sucofindo, Balai Tanah dan FMIPA IPB. Berpuluh kali gagal. Saat uji efektivitas (efikasi) oleh IPB pada Kebun Percobaan di Pasir Sarongge Cianjur. Saat mengurus Hak Paten di Ditjen Haki Kemenkumham. Semua butuh mental gigih.

Saat penetrasi pasar agar ” on market ” memang bukan hal mudah. Ini juga butuh strategi pemasaran agar diterima oleh pasar. Misal STP (segmenting, targeting, positioning) dan SWOT analisa pesaing di pasar.

Begitu juga saat mendirikan industrinya. Prosedurnya tidak mudah. Tapi bisa, asal mau. Saat mengelola formulasi dan produksi agar terkendali juga menerapkan manajemen PPIC (production, planning and inventory control).

Begitu juga saat saya mengembangkan integrasi kebun sawit, jeruk, alpukat dan durian. Di tengahnya ternak breeding sapi dan ikan patin. Pekat warna upaya risetnya. Semua saya riset (intelijen) dulu baik bahan baku, lahan, prosesi dan pasarnya.

Ilmu hikmahnya. Walaupun usaha saya belum besar. Ternyata menimbulkan banyak pertanyaan dan kecurigaan. Dianggap karena APBN/APBD atau fasilitas khusus. Atau karena bank. Padahal karena mau bermental menjaga merek perorangan, belajar dan inovatif.

Sungguh saya senang sekali kemarin dapat tamu peneliti dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Di rumah, kandang sapi dan kebun sawit. Tidak hanya bicara hulu saja. Tapi juga hilir inovatif yang integratif ekonomi sirkular. Selain dari tamu yang nuansanya edukatif perbandingan.

Salam Inovasi šŸ‡®šŸ‡©
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *