Tue. Jun 24th, 2025

Jumlah start up (perintis usaha) Indonesia banyak sekali, 2.400 orang pada tahun 2021. Mengalahkan Jerman dan Perancis. Sayangnya 90% gagal lalu berhenti tidak berusaha lagi.

Sayang sekali. Padahal merekalah yang akan cipta lapangan kerja menampung pengangguran. Lokomotif perekonomian. Pembayar pajak dan devisa. Membendung impor dan lainnya.

Banyaknya start up gagal banyak sekali sebabnya, menyimak di dunia maya. Sesuai sudut pandangnya. Tergantung pengamatnya. Ada yang berbasiskan teoritis ada juga berbasis empiris.

Menyimak banyak artikel kajian hal tersebut. Kesimpulan saya karena kurang pengalaman, jam terbang, mental pantang menyerah, dana, skill pemasaran,  kendali arus kas dan lainnya.

Padahal beragam kekurangan di atas satu dengan lainnya tidak bisa dipisahkan. Saling kait mengait, terikat satu dengan lainnya. Bagai rujak, mesti cukup dan pas proporsi formulasi bumbunya.

Bagaimana solusinya ?

Empiris saya pribadi.

1. Pemasaran.

Tahun 1995 saya memasarkan karung bekas pupuk dan beras milik kebun teh PTPN IV di Pematang Siantar. Bukan mudah tapi bisa karena jumlahnya terlalu banyak. Tergolong komoditas ceruk pasar.

Artinya pasar khusus, sempit rutin jangka panjang jika goal. Selling point yang saya tonjolkan harga murah 50% dari baru. Menghemat harga pokok produksi (HPP). Agar laba tambah atau makin kompetitif. Kilang padi cepat besar.

2. Kekurangan dana.

Karena memang belum punya modal baru pemula. Tapi nilai transaksinya besar hingga ratusan juta. Maka saya minta pihak lain yang mendanai. Berbagi tugas dan berbagi profit. Goal lumayan dapat puluhan juta.

Begitu juga saat jadi supplier ke perusahaan besar. Secara umum perusahaan besar tiada mungkin beli kontan ke vendornya. Selalu butuh waktu untuk validasi kualitas dan kuantitasnya. Baru ditertibkan administrasinya.

Diajukan ke bagian keuangan berupa invoice. Sejak itu baru ada komitmen kapan dibayarkan. Yang pasti sangat jarang kontan. Jeda menunggu waktu cair bisa 1 minggu hingga 3 bulan. Inilah sumber masalah serius bagi perintis usaha.

Solusinya mencari mitra usaha pendana. Invoice dipercayakan. Dibayarkan kontan oleh pihak lain. Sedangkan pihak lain menunggu pencairan dari perusahaan besar tersebut. Tentu ada kompensasinya. Berjamaah bagi tugas lalu bagi rezeki.

Jika memakai modal sendiri tidak mungkin karena belum punya. Saat sudah punya modal pun akan lambat besarnya usaha, jika hanya itu diaktifkan 1 bulan baru cair. Mendingan profit dikurangi buat investor tapi lebih fast moving. Kumulatif per tahun bisa jauh lebih besar.

Salam Bangkit šŸ‡®šŸ‡©
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *