Mon. Jun 23rd, 2025

Sungguh saya terinspirasi. Walaupun itu sudah 8 tahun silam, tapi saya ingat dan tiru. ATP (Amati, Tiru, Plek) atau ATM (Amati, Tiru, Modifikasi). Tidak ikut cipta kondisi atau berebut agar dapat proyek APBN atau APBD.

Sekitar 8 tahun silam kami berempat diskusi hal bisnis. Kami sesama pebisnis. Mereka bertiga sudah lama fokus cipta kondisi bisnis sendiri. Saya tanya, apa alasannya. Jawabnya klasik. Tahu sendiri.

Tidak lagi ikut mengerjakan proyek bersumber dari APBN dan APBD. Kalaupun borongan atau supplier murni ke perusahaan swasta saja. Paling nyaman melahirkan ide bisnis (intuisi) sendiri, dikerjakan sendiri.

Berarti sudah 7 tahun saya juga ” tidak mau ” mengerjakan jika ada proyek sumber dana dari APBN atau APBD juga. Misal pengadaan pupuk, bibit atau pekerjaan konstruksi.

Pengalaman saya pribadi. Ternyata dengan total mandiri justru ide gagasan bisnis banyak mudah lahir. Makin refleks hingga kewalahan lalu sebagian pekerjaan, saya percayakan ke pihak lain sesama pebisnis.

Artinya kalau membiasakan hal sulit, maka akan terbiasa dan bisa juga. Kalau dulu sering berharap agar dapat proyek dari APBN atau APBD. Sekarang tidak usah. Mendingan ditolak halus saja.

Sikap ini, sikap berani menghindari atau bila perlu berani menolak, sangat penting bagi saya. Karena sesungguhnya sangat banyak pekerjaan yang tidak melibatkan APBN atau APBD. Sekali lagi, banyak sekali peluang bisnis.

Bahkan peluang bisnis banyaknya bagai ” menari – nari ” di depan kelopak mata. Karena besarnya potensi pasar  dan bahan bakunya berlimpah di Indonesia. Tinggal mau atau tidak mulai membiasakan diri lepas dari APBN/APBD.

Contoh ;

1. Dulu sering menang pengadaan pupuk hayati Bio Extrim dan pupuk organik cair Organox serta hormonal Hormax. Hingga miliaran. Saat ini sejak 7 tahun silam, saya tolak. Walaupun masih saja ada yang menawari atau mengajak.

Mendingan melayani swasta misal ke perusahaan besar atau pasar bebas ke petani saja. Toh nilainya tidak kalah banyaknya. Begitu juga daya manfaatnya. Ini lebih terasa di dalam hati, cukup saya yang tahu.

2. Begitu juga membuka kebun, ternak sapi dan terintegrasi dengan kebun. Saya tidak mau ikutan pengadaan sapi bakalan untuk bansos, apalagi ikut dapat jatahnya sapi bansos. Tidak usah. Menghindari atau menangkis saja.

Mendingan cetak kebun buah untuk diri sendiri atau sebagian dijual lagi. Mendingan ternak sapi, untuk memenuhi ekstrem besarnya permintaan pasar. Tinggal kreatif inovatif agar kompetitif, lalu lestari.

Asal bermanfaat bagi orang lain. Karyawan dan masyarakat sekitar, misalnya. Karena itu hakikat hidup. Wis diujo kok ora rumongso (sudah dilebihkan oleh Nya, kok tidak merasa). Sebagian diborongkan ke pihak lain. Asal win – win solution. Urip iku urup.

Salam Bangkit 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *