Percepatan majunya sebuah bangsa sangat dipengaruhi oleh makin tingginya indeks inovasi global, indeks kompleksitas ekonomi dan indeks kompleksitas budaya berusaha. Makin tinggi makin cepat maju.
Banyak buku mengajarkan bahwa percepatan majunya sebuah bangsa sangat dipengaruhi oleh seberapa banyak pengusaha inovatifnya. Makin banyak maka makin cepat maju bangsa tersebut.
Bagaimana kondisi Indonesia, negara yang kita cintai ?
Jumlah pengusaha 3,41% idealnya 10%. Indeks kompleksitas budaya bisnis ke 42 dari 50 negara terbesar ekonominya. Indeks inovasi global ke 75 dan indeks kompleksitas ekonomi ke 61 dari 132 negara.
Indikator utama dari itu semua berdampak pada indeks kompleksitas ekonomi. Artinya makin beragam dan langka produk yang kita ekspor maka peringkatnya makin tinggi. Inilah pemacu utama majunya sebuah bangsa.
Contoh konkretnya ;
1. Kita selama ini banyak ekspor daun salam ke Inggris, Jerman dan Amerika Serikat. Bahan baku farmasi. Harga kering angin Rp 50.000/kg. Padahal jika sudah jadi obat farmasi bisa Rp 5 juta/kg. Lalu diekspor ke banyak negara, produk jadinya.
2. Kita selama ini ekspor cocopeat ke RRC, Jepang dan Korea Selatan. Bahan baku penyerap air misal pembalut wanita juga bahan baku fungisida hayati Trichoderma sp. Harga beli Rp 3.000/kg, dijual produk langka Rp 300.000/kg.
3. Kita selama ini banyak ekspor bahan baku farmasi dan cat berkualitas tinggi yaitu pinang. Ke India dan Jepang. Harga maksimal Rp 20.000/kg sampai tujuan. Setelah jadi obat farmasi dan cat bermutu, diekspor lagi dapat nilai berkali lipat labanya.
Hanya dari 3 bahan baku di atas, padahal Indonesia masih berlimpah komoditas lainnya. Jika masyarakat kita tinggi budaya bisnisnya, nuansa inovasi menyerap hasil riset para peneliti jadi industri. Maka nilai tambah yang luar biasa besarnya tersebut akan kita nikmati.
Minimal akan menyerap pengangguran, lalu pendapatan per kapita naik mengurangi kemiskinan dan pengangguran. Karena melibatkan dana besar maka dana di bank milik masyarakat wujud tabungan deposito tidak perlu parkir Rp 8.600 triliun seperti saat ini. Produktif.
Implikasinya, pertumbuhan ekonomi melejit. Inovasi membumi, hasil riset para peneliti tidak lagi 82% tersimpan di lemari. Banyak jadi produk merajai pasar mendongkrak pajak jadi APBN untuk membangun bangsa dan banyak lagi multiplier effectnya.
Sehingga, sungguh sangat penting kita budayakan gemar berusaha utamanya nuansa inovasi. Pemerintah tahu diri bahwa iklim usaha adalah kewajiban mutlak negara. Sangat penting merangsang masyarakat agar gemar berusaha.
Tidak kalah pentingnya iklim riset dan hilirisasi hasil risetnya, juga harus diperhatikan, misal meneliti objeknya yang mudah dipasarkan agar jadi inovasi solutif agar efektivitas APBN untuk riset peringkatnya tinggi.
SalamĀ
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630