Sudah berulang kali saya ditanya Paslon Capres yang mana pilihannya. Umumnya saya diam tanpa jawaban. Kadang saya jawab, yang punya leadership yang baik. Kalau soal orang pintar banyak sekali, apalagi kalau cuma hafalan teori yang dibaca itu lebih banyak lagi.
Negeri ini butuh sosok pemimpin yang bisa membaca data, menganalisa data dan membuat kesimpulan sebuah data. Untuk jadi bahan pertimbangan strategi gerakannya. Tanpa kalkulasi logis maka hanya habis waktu dan energi jadi limbah belaka. Padahal momentum bonus demografi.
Bonus demografi bagi sebuah bangsa sangat penting. Karena tidak akan berulang – ulang. Bonus demografi adalah usia produktif di atas 60% dari total penduduk. Di Indonesia saat ini usia antara 15 – 65 tahun sebanyak 69,25%. Jika produktivitasnya (pendapatan per kapita) tinggi, Indonesia jadi negara maju.
Rantai masalahnya ?
Kenapa PDB (produk domestik bruto) Indonesia tinggi ke 16 di Dunia yaitu USD 1,4 triliun ( Rp 22.000 triliun) tapi pendapatan per kapita tidak sampai Rp 7 juta/bulan dari 277,8 juta penduduk Indonesia (BPS). Pertanda masih banyak yang rentan miskin, miskin dan tidak berpendapatan karena jadi pengangguran.
Stunting 21,6% (BPS 2023) akibat banyak kemiskinan 25,9 juta dan pengangguran 7,9 juta (BPS 2023). Kondisi ini akibat dari minimnya lapangan kerja di Indonesia, dampak langsung dari minimnya jumlah pencipta lapangan kerja (pengusaha/pebisnis). Sebabnya karena pola didik dan iklim usaha kurang merangsang.
Hipotesanya, penduduk yang pendapatan di bawah Rp 7 juta/bulan. Masuk pada kelompok di bawah rata – rata pendapatan nasional. Terkumpul di pedesaan teramat banyak yaitu petani. Karena data Kemenko PMK melaporkan 49,4% petani kita yang 29 juta KK tergolong miskin rentan miskin. Itu dampak kepemilikan lahan hanya 0,25 ha/KK sebanyak 16,68 juta KK (BPS).
Alternatif solusinya ?
Ilustrasi, suatu daerah punya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Industri hilir di Jawa Barat. Luas hanya 180-an hektar, ada 32 perusahaan industri hilir. Tenaga terserap 130.000-an. Pajak tinggi. Devisa tercipta besar. Bisnis ikutan banyak kontrakan rumah, developer rumah, dealer kendaraan, warung, toko dan lainnya. Ekonomi tumbuh dinamis.
Ilmu hikmahnya, hanya dengan 70-an orang pengusaha bergabung membentuk 32 perusahaan industri hilir inovatif. Ternyata mampu menyerap pengangguran jadi produktif sejahtera sebanyak 130.000 orang. Lalu gajinya bisa buat beli rumah dan kendaraan memakai angsuran dari gajinya. Sebagian lagi gajinya buat beli pangan di warung dan toko terdekatnya.
Selain itu, 32 perusahaan tersebut butuh mitra usaha sebagai vendor/supplier bahan baku dan distributor produk akhirnya. Dikirim ke berbagai daerah dan luar negeri butuh mitra ekspedisi yang hampir semuanya memakai dana perbankan. Tentu membayar pajak dan mencetak devisa. Mitra usaha ini semua otomatis juga butuh tenaga kerja jumlah banyak, menyerap pengangguran juga.
Bahan baku murahan karena berlimpah di Indonesia disulap dengan cara inovasi. Hasil penelitiannya para akademisi dan peneliti. Nilai tambahnya tidak tanggung – tanggung, karena jadi produk langka di luar negeri. Walaupun sebagian limbah di Indonesia yang diubah jadi produk hilir bermutu tinggi. Inilah proses hilirisasi inovasi, agar indeks inovasi global dan indeks kompleksitas ekonomi naik tajam.
Siapa yang pas Capres dan Cawapres setelah kita amati yang punya program ;
1. Melahirkan banyak pengusaha inovatif pencipta lapangan kerja serap pengangguran agar produktif sejahtera tidak miskin jadi beban orang lain ?
2. Siapa yang punya program pengentasan kemiskinan petani agar lahannya minimal 3 ha/KK dengan cetak sawah oleh praktisi profesional berpengalaman panjang ?
3. Siapa yang serius mau stop ekspor bahan baku, tapi diolah di dalam negeri dulu, baru diekspor jika sudah jadi barang langka lalu jadi rebutan masyarakat dunia akhirnya membentuk harga mahal jadi nilai tambah buat Indonesia ?
Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630