Wayan Supadno
Wapres Prof. Dr. (H.C) K.H. Ma’ruf Amin mengatakan ” Negara kita masuk negara ke 7 paling religius se – Dunia, tapi prevalensi stuntingnya terbanyak ke 5 se – Dunia dan negara koruptifnya masuk 30% terbawah se – Dunia “.
Jika saya tambah lagi, negara kita ini agraris sepanjang tahun bisa dapat matahari lahannya terbentang luas subur bisa menanam dan ternak apa saja , tapi pangannya makin tidak berdaulat.
Bangsa potensi pasar pangan makin besar jangka panjang, penduduk 274 juta jiwa. Tapi impor pangan makin melambung tinggi mereduksi kesempatan kerja petani peternak. Misal gula, daging, susu dan lainnya.
Jika dirinci lagi, sentra padi cenderung penerima bantuan beras miskin (raskin) terbanyak. Sentra peternakan sapi jadi tertinggi prevalensi stuntingnya. Padahal sebab stunting 37% karena kurang protein hewani. Misal Prov. NTT
Bidang bisnis, Indonesia dana masyarakat parkir di bank saat ini Rp 8.600 triliun (Presiden Jokowi). Menandakan masyarakat gemar menabung, tidak berani investasi produktif. Lalu dana tersebut dikaryakan kelompok kecil para pengusaha.
Jika dikaryakan, anggap 20%/tahun saja. Akan tumbuh ekonomi Rp 1.700 triliun/tahun mendongkrak pendapatan per kapita. Misal menanam tebu agar impor gula 4 juta ton lebih/tahun tiada lagi, ternak sapi agar tiada impor 1,5 juta ekor/tahun.
Kondisi di atas menggambarkan sebuah keadaan yang ” sangat kontradiktif “. Konkretnya :
- Kepolisian penegak hukum. Justru oknum pejabat terasnya ada pembunuhan ekstrem terencana dan perjudian online tersistematis, begitu juga narkoba barang bukti disalahgunakan. Kesemuanya ” pelanggaran berat mental ” terbalik dengan tupoksinya.
- Mahkamah Agung, oknum pejabat terasnya justru bermasalah dengan korupsi. Tak jauh beda karena ” gagal mental ” juga di Kementerian Keuangan. Sebentar lagi mau Idul Fitri hari suci, biasanya aroma busuk KPK tangkap tangan koruptor.
- Petani di pedesaan yang kerja keras. Justru jadi sarang kemiskinan terbanyak. BPS 2021 kontributor kemiskinan 51% di pedesaan dan 61% nya petani. Data terkini Kab. Sumedang Jabar sentra pangan, prevalensi stuntingnya tertinggi yaitu 27,6%.
Hipotesanya, belum sukses pembangunan manusianya. Baik kesehatan, karakter dan kapasitasnya. Implikasinya kurang nyali mandiri hingga dana parkir di bank ribuan triliun, jika diinvestasikan jadi lapangan kerja saat jutaan orang masih menganggur.
Sisi lain, adanya ribuan triliun tidak produktif parkir di bank, pengangguran banyak, stunting masih tinggi dan harga pangan mahal. Artinya iklim usaha pedesaan sangat jauh dari harapan. Infrastruktur air dan jalan, kurang memikat para investor massal dari rakyatnya, yaitu petani dan peternak.
Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630