Sungguh tidak masuk akal saya sama sekali jika seseorang berpendapat mengabaikan sumber daya manusia. Itulah sebab syair lagu Indonesia mengamanahkan agar membangun jiwa raganya. Ini bersukma, harus tetap hidup.
Berikut ini contoh konkret pembeda karena manusia ;
1. Seseorang dengan warisan harta banyak, tapi habis ludes sekalipun pendidikan formalnya tinggi, nasib jadi kambing hitam. Sebaliknya ada yang tanpa warisan harta sekalipun, bisa tumbuh berkembang bermanfaat bagi orang lain.
2. Seseorang punya lahan subur di pinggir jalan aspal, tapi dibiarkan terlantar. Sebaliknya orang lain, lahannya tandus jauh dari jalan bisa produktif jangka panjang, menanam sesuatu, merekrut masyarakat, bermanfaat bagi orang lain.
Terjadi perubahan besar dikarenakan oleh kecerdasan emosional daya improvisasi diri. Membekali diri ilmu kecerdasan intelektual ” kontan dipraktikkan ” secara nyata agar ada manfaat ilmunya. Dikontrol dengan kecerdasan spiritualnya agar ada sikap tegas antara halal dan haram.
Berikut ini pembeda antara yang punya kemauan keras dengan yang tiada kemauan keras sekalipun sama pintarnya ;
1. Seseorang mau berusaha, meyakini bahwa modal nomor 1. Anggapannya orang lain bisa berusaha karena punya modal. Maka mengumpulkan modal untuk bekal awal membangun usaha. Yang terjadi modal tak kunjung terkumpul, setelah ada modal mulai usaha tertipu pula, habislah.
2. Sebaliknya, orang lain beranggapan bahwa kalau mau punya modal harus berusaha/bisnis terdahulu. Berjalannya waktu ilmu akan makin banyak dan terampil bisnis, didapat di jalanan paralel dengan terkumpulnya modal makin banyak. Lambat laun cipta lapangan kerja, bermanfaat bagi orang lain.
Contoh ;
Ada lahan di balik sungai kecil hanya lebar 4 meter saja. Lahan jadi murah nilai ekonominya, padahal luas. Karena pemiliknya tidak punya kemauan keras mencari intuisi ide gagasan solusinya. Dibiarkan telantar bahkan dipasang ” Plang Dijual Murah ” bertahun tiada yang menawar.
Masyarakat umumnya juga ” tidak terlihat ” peluang usaha tersebut. Padahal tiap hari ribuan orang melintas di jalan tersebut, berangkat dan pulang kerja dari pabrik yang tidak jauh dari lokasi lahan tersebut. Karena kurang membiasakan diri peka naluri bisnisnya, diolah dengan daya nalar analisisnya.
Ketemu orang lain lagi, refleks intuisi bisnisnya. Biasa ” menghadapi masalah ” lalu diatasinya. Lahan ditawar konsep pembayaran angsur, dinotariskan. Dibangun jembatan ala kadarnya dulu. Diberdayakan, menghasilkan dan hasilnya untuk mengangsur lahan tersebut. Lunas.
Lahan dulunya tiada yang melirik bahkan dipasang plang dijual cepat, bertahun – tahun pun tiada yang menawar. Berubah total. Lahan jadi super subur karena diterapkan teknologi remediasi. Jadi sumber passive income jangka panjang. Jadi tempat kerjanya masyarakat jumlah banyak.
Hasilnya jadi pangan sehat meminimalkan stunting kerdil kurang gizi daerah tersebut. Karena ilmu pengetahuan teknologi inovasi konsisten dipraktikkan di lapangan. Membawa perubahan besar tempat orang belajar dan menirunya secara massal.
Dampak lainnya, masyarakat puluhan KK meningkat kesejahteraannya karena dapat pendapatan rutin dari lapangan kerja tercipta di lokasi tersebut. Otomatis daerah tertransfer ilmu dan keterampilan masyarakat, ekonomi tumbuh dinamis produktif.
Lahan terlantar tandus di seberang sungai tiada lagi. Berubah jadi produktif ratusan juta/ha/tahunnya jangka panjang. Karena manusia tidak mau menyerah kalah, terus mencari celah mengatasi masalahnya. Itu esensinya, bukti betapa sangat besar arti mutu sumber daya manusia.
Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630