Mon. Jun 23rd, 2025

” Sejak tahun 2008 hingga sekarang 2023, saya bertani cabe, buncis, singkong, padi, sawit, durian, alpukat dan lainnya. Belum pernah memakai pupuk NPK Subsidi. Mulai tanah numpang, sewa hingga punya ratusan hektar. Belum pernah dapat bantuan alsintan dan lainnya dari pemerintah. Seperti lazimnya petani lainnya. “

” Sejak 2018 hingga sekarang 2023, saya beternak sapi dan kambing. Mulai 3 ekor hingga di atas 500 ekor sapi. Kambing puluhan ekor. Belum pernah dapat bantuan sapi dari pemerintah, APBN. Termasuk KUR bank, juga belum pernah sama sekali. Seperti lazimnya peternak lainnya yang sebaliknya. “

Saya tidak berusaha agar dapat bansos dan subsidi. Tidak usah. Prinsip saya, jika ketergantungan bansos subsidi maka akan keenakan tidak mau ekstra berusaha mandiri. Apalagi berusaha membangun kapasitas diri dengan membekali diri belajar dan mempraktikkan tentang inovasi.

Terpenting, jika saya terus berusaha dapat bansos dan subsidi. Maka sama artinya akan merusak karakter dan kapasitas saya pribadi. Padahal ini nilai filosofi berusaha paling berharga. Karakter dan kapasitas sumber utama bisa dipercaya dan kepercayaan adalah modal utama usaha tanpa batas.

Fenomena saat ini, harga pupuk sangat mahal karena memang dominan impor. Ongkos kirim naik, bahan baku di negara asal naik karena saat menggali di tambangnya juga memakai bahan bakar minyak (BBM) fosil solar yang juga naik. Harga pupuk sampai di Indonesia mahal sekali. Apalagi yang non subsidi sampai di petani.

Tentu APBN tidak mampu memberi subsidi volumenya seperti dulu. Jumlah nominal dananya relatif tetap, tapi jumlah volume pupuknya hanya 30% dari dulunya. Dampak langsung dari harga bahan baku pupuk naik 3 kali lipatnya. Dampak berikutnya petani banyak yang tidak dapat pupuk NPK subsidi.

Padahal petani terlanjur ” dimanja ” oleh barang bansos dan subsidi. Jika berubah ke pupuk non subsidi yang sangat mahal naik 3 kali lipatnya pasti bermasalah serius cashflow usaha taninya. Bisa remis, bisa juga merugi. Karena saat harga jual rendah, apalagi jika diadu dengan barang impor yang kompetitif.

Ini dampak berikutnya volume produksi pangan nasional akan turun. Banyak petani merugi lalu kapok bertani. Akan tambah lahan yang ditelantarkan karena dibandingkan bertani belum pasti untung. Mendingan cari kerjaan lain yang pasti menguntungkan. Misal tukang, sopir, TKI dan lainnya. Padahal petani roh/nyawanya pangan.

Lalu kenapa saya masih mau bertahan dan terus ekspansi luas tanamnya ?

Karena saya memakai pupuk kimia non subsidi seperlunya saja. Yang logis saja sesuai ilmu pengetahuan. Bukan emosi jor – joran tanpa landasan analisa cashflow dan neraca hara. Untuk menekan itu semua biaya produksi yang sangat berat dari pupuk kimia.

Sebanyak 75% saya memakai pupuk kandang disemprot biang mikroba Bio Extrim dan Hormax. Sudah joss gandos. Sering saya menyarankan dan banyak yang meniru pola saya menerapkan teknologi remediasi tersebut. Lalu pada mencoba skala kecil uji lapangan.

Ternyata banyak yang ketagihan bahkan banyak yang dulunya memakai pupuk kimia subsidi. Saat ini jadi produsen pupuk organik diperkaya Bio Extrim Hormax. Monggo kalau mau ikutan inovatif logis. Hubungi Reni HP 087781889797 atau David HP 081219929262.

Itu pabriknya bisa beli curah agar murah.

Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *