Akhir – akhir ini, sejak Presiden Jokowi berulang kali mengajak segenap rakyat Indonesia untuk mulai melakukan hilirisasi industri. Guna melompat dari status negara berkembang ke negara maju. Dampaknya istilah ” hilirisasi industri ” jadi populer sekali.
Menjabarkan konsep hilirisasi industri secara konkret di lapangan memang sebuah keharusan jika kita ingin masa depan bangsa Indonesia cepat majunya. Pertumbuhan ekonomi akan dinamis naiknya, pendapatan per kapita pasti akan naik tajam dan produk domestik bruto (PDB) akan naik tajam.
Manifestasi itu karena pengangguran diserap agar produktif, hasil riset yang masih tersimpan di lemari perguruan tinggi maupun puslit terserap, pajak maupun devisa makin besar sekian kali lipat dari sebelumnya, transfer ilmu teknologi inovasi ke masyarakat nyata dan masih banyak dampak positif lainnya.
Kita bersyukur, walaupun hilirisasi industri belum maksimal, di Indonesia sudah banyak yang melakukan proses hilirisasi industri. Yang mendongkrak nilai tambah laba maupun nilai tambah manfaatnya walaupun yang melakukan swasta. Agar tahu, makin bergairah.
Contohnya ;
- Abon Rendang Nangka Muda.
Di Eropa dan Amerika Serikat, utamanya di restoran hotel maupun supermarket banyak abon rendang nabati dari nangka muda dikalengkan vakum kedap udara produk Indonesia. Harga Rp 65.000/kg, mentahnya di Indonesia hanya Rp 6.000/kg di Petani. Nilai tambahnya besar, permintaan pasar banyak.
- Kripik Vakum dan Powder Buah Naga dan Buah Tropis lainnya.
Banyak negara dulunya kesulitan mendapatkan buah tropis karena memang geografisnya. Sejak ada buah tropis diindustrikan jadi kripik vakum dan powder siap seduh. Mereka mudah mendapatkannya. Tinggal disiapkan air hangat, dituang powder buah tropis, jadilah jus buah tropis tinggal menikmati.
- Kripik Vakum Umbi – umbian.
Singkong jika panen raya harganya Rp 500/kg. Tapi berkat ada kontrak harga, mutu dan volume pasok dengan industri. Petaninya dapat fiksasi harga minimal Rp 1.500/kg. Begitu juga ubi rambat, kentang dan lainnya. Petani dapat kepastian. Produk dari Sentul Indonesia tersebuat 98% jadi pemimpin pasar global.
- Minyak Goreng, Kosmetik dan Bioenergi Sawit.
Banyak orang asal bicara saja soal sawit karena belum tahu data dan fakta. Seolah kita hanya ekspor minyak sawit mentah (CPO). Padahal hanya 7% ekspor CPO dari 47 juta ton/tahun. Sisanya hasil industri hilir. Misal minyak goreng, margarin, sabun, pasta gigi dan lainnya. Hingga devisa Rp 615 triliun, tahun 2022. Sangat besar.
- Minyak Atsiri Tanaman Indonesia.
Banyak tanaman asli Indonesia yang disuling diambil minyak atsirinya. Misal Citronella dan Geraniol. Berasal dari serih wangi, daun jeruk purut dan lainnya. Ini pasar global sangat besar tapi kita belum bisa menenuhinya. Padahal peluang emas untuk meminimalkan lahan terlantar jutaan hektar dan mengurangi pengangguran jutaan orang.
Hilirisasi industri agro sangat penting. Karena akan melahirkan banyak manfaatnya. Agar hilirisasi agro berjalan dengan baik. Syaratnya :
- Bangunlah SDM berjiwa pengusaha yang peka dengan intuisi ide gagasan bisnis. Cepat dan tepat dalam proses daya nalar analisisnya. Karakter berintegritas tinggi dan kapasitasnya mumpuni, sehingga terpercaya oleh perbankan maupun pembeli di luar negeri. Bermental suka membekali diri ilmu teknologi inovasi solutif.
- Bangun iklim hilirisasi inovasi. Artinya dunia riset harus lebih berorientasi pada apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pasar. Agar jadi solutif konkret karena mudahnya dikomersilkan. Sehingga anggaran APBN ratusan triliun untuk riset berdaya guna yang tepat dan efisien penggunaannya. Bisa kita bayangkan borosnya jika tidak tepat guna.
- Bangun iklim usaha hilirisasi industri. Jika faktor – faktor yang merangsang masyarakat untuk investasi industri hilir dipenuhi oleh pemerintah maka partisipan dari para pelaku usaha akan makin banyak. Yang adapun akan ekspansi produktif. Jika ada investasi nuansa inovatif, maka pengangguran akan terserap produktif dan banyak lagi dampak positifnya.
Penting kita sadari, bahwa indeks kompleksitas ekonomi Indonesia masih peringkat ke -61 dan indeks inovasi global Indonesia peringkat ke – 75 dari 132 negara. Menandakan proses hilirisasi industri Indonesia masih rendah. Masih banyak ekspor bahan mentah. Makin tinggi nilai ekspor bahan jadi dan langka mahal, maka indeks kompleksitasnya akan makin tinggi.
Salam Inovasi 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630