Jika kita menyimak berbagai berita di belahan dunia. Semua kepala negara sedang mengingatkan rakyatnya, agar waspada tinggi terhadap ancaman serius tahun 2023. Ancaman itu pangan, energi, keuangan dan lainnya saling kait mengait.
Fokus pada ancaman pangan, karena mahalnya harga pangan. Akibat langsung dari makin banyaknya permintaan pangan, saat bersamaan makin sedikitnya jumlah produsen pangan (petani/peternak) sekaligus makin tingginya harga pokok produksi (HPP) nya.
Hukum ekonomi, jika permintaan meningkat saat pasokan menurun, maka harga akan naik. Itulah yang terjadi saat ini di neraca pangan dunia. Jumlah penduduk dunia tambah, jumlah petani peternak berkurang. Ditambah biaya penyerta utama yaitu pupuk makin mahal, dampak ongkos kirim yang mahal.
Ongkos kirim mahal akibat harga energi yang makin mahal. Sekaligus akibat peningkatan upah tenaga kerja di seluruh dunia naik minimal 7%, ini dampak dari pangan yang mahal sebagai kontributor biaya hidup. Begitu juga aspek keuangan global juga ikut mendongkrak harga multi komoditas dan jasa.
Karena banyak negara membuat kebijakan fiskalnya pada meningkatkan _interest rate_ (suku bunga acuan bank) nya. Agar dananya pada kembali ke kandang, ke negaranya. Ini juga berdampak pada kapital terbang antar negara. Bagi negara yang ditinggalkan bisa berdampak pada resesi serius.
Kapital terbang besar – besaran bisa mengancam sebuah negara karena likuiditas _cash flow_ makronya diganggu. Padahal itulah urat nadi kehidupan bangsa. Pangan soal hidup matinya sebuah bangsa, jika kurang dan mahal juga mengancam bangsa. Energi soal napas sebuah bangsa, jika kurang dan mahal jadi sebab kolapsnya bangsa.
Artinya saat ini semua negara sedang di uji. Negara paling aman saat ini yang punya pangan cukup dan murah. Punya energi cukup dan murah. Likuiditas keuangannya sehat dengan bunga bank rendah agar HPP semua produk nasionalnya murah, biaya hidup jadi murah terkendali. Agar tanpa upah naik tajam, tetap cukup.
Sebaliknya, jika pangan dan energi naik semua apalagi ditambah _interest rate_ bank naik juga. Pasti inflasi akan naik. Ini harus dicegah. Karena naiknya inflasi adalah sumbu ledaknya banyak masalah pengikutnya. Ingat tahun 1998, saat Indonesia krisis, inflasi saat itu 77%. Mengenang saja seram mengerikan. Sifat humanis manusia hilang.
Padahal saat ini banyak negara lagi meroket inflasinya. Ancaman global. Persis virus bisa dan mudah menular ke mana – mana. Jadi pemantik kericuhan dan perang antar bangsa, bahkan perang dunia ke 3. Ini bukan mustahil. Sehingga sangat dibutuhkan daya adaptasi cepat dan daya tahan kuat. Itulah pemilik pemenangnya.
Di atas adalah ruas rantai sirkulasi kehidupan saat ini. Hukum ekonomi sama persis dengan hukum energi, bahwa peluang dan energi sama kekalnya. Di balik ancaman selalu menyembunyikan peluang emasnya, kekal adanya. Peluang saat ini adalah memasok kebutuhan pangan dunia yang lagi meroket.
Kalaupun menyediakan pangan menanam dan beternak masih diancam oleh mahalnya pupuk dan pakan. Itu juga di baliknya ada peluang emasnya. Peluang selalu diiringi kesulitan dan di balik kesulitan selalu tersembunyi inovasi objek riset/penelitian. Kesimpulannya, yang berjiwa intuitif pemilik peluang emasnya. Yang inovatif dialah pemenangnya. Kuncinya, inovasi atau mati bisnisnya.
Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630