Mon. Jun 23rd, 2025

Tahun 1990 s/d 1992, pasca wisuda di Universitas Airlangga Surabaya dan sebelum masuk Sekolah Perwira Militer Wajib (Sepamilwa) di Magelang. Sempat kerja di perusahaan farmasi milik asing (PMA/Inggris). Ditugaskan di Banjarmasin Kalsel lalu pindah ke Ujung Pandang mengelola Sulsel dan Sulteng.

Kebetulan selama setahun pertama pencapaian dari target lumayan baik skala nasional dan selalu diumumkan di journal nasional tiap bulan. Prestasi tidak mengecewakan. Suatu ketika mengajukan anggaran cukup banyak buat penetrasi pasar agar omzet naik tajam.

Ternyata dapat respon dari Bos Besar Orang Bulenya. Ditanya panjang lebar dasar pertimbangan, ruang lingkup dan sasaran targetnya. Pertanyaan hingga detail baik rencana strategi, taktis dan teknis pendekatan pencapaiannya. Karena sadar diuji, lalu saya tegas bilang saja ke beliau ;

” Jika rencana strategi ini direstui, yang berdampak pada anggaran besar dan nama baik perusahaan, karena ekspansi. Apabila jauh dari harapan dengan batas waktu terukur 4 bulan jika tidak kembali modal, tidak usah dipecat atau PHK. Secara otomatis saya akan mengundurkan diri demi kehormatan dan nama baik saya. “

Ternyata jawaban itu membuatnya kaget. Karena sangat jarang terjadi. Bahkan ujarnya baru pertama terjadi, mencari kerja dan posisi di perusahaan besar internasional tersebut tidak mudah dan berebut. Termasuk yang saya alami dari 167 pelamar hanya 3 orang yang lulus seleksi. Terlihat beliau sangat menghargai.

Alhasil goal. Dapat hadiah saat ultah sebesar gajinya. Bukan sebesar gaji saya. Kartu ucapan sangat istimewa. Ujarnya, apresiasi ini bukan karena goal pencapaian target semata. Tapi ” rasa tanggung jawab terhadap komitmen dan nama baik perusahaan “ hingga berani mundur dari jabatan maupun status karyawan jika gagal tugas.

Artikel singkat kisah nyata saya pribadi ini ditulis, karena ” terpanggil hati ” sedang merenung sudah lebih dari 7 bulan. Harga migor mahal saat petani sudah iuran ratusan triliun/tahun lewat BPDPKS dan Kemenkeu wujud pungutan dan pajak ekspor. Devisa Rp 515 triliun (2021). Tiada komoditas selain sawit yang bisa seperti itu.

Tentu dana sebanyak itu bisa buat bekal ” strategi subsidi silang redistribusi ” ke masyarakat kurang mampu agar inflasi tidak naik liar. Lalu kemiskinan bertambah. Toh migor murah curah hanya 3 juta ton CPO setara 2,5 miliar liter saja/tahun. CPO kita 52 juta ton/tahun. Agar harga TBS petani tidak hancur dan PKS tidak banyak tutup seperti saat ini. Kalaupun tidak bisa menyamai harga TBS petani Malaysia Rp 5.400/kg.

Sekali lagi, kisah di atas karena ingat gagalnya Kemendag mengelola perdagangan sawit migor. Berdampak jutaan KK petani tidak punya pasar terancam bangkrut massal, jutaan KK karyawan industri sawit terancam PHK dan jutaan KK masyarakat kurang mampu sulit dapat migor. Telah lama dibuat susah. Bangsa besar ini bukan milik perorangan atau kelompok. Dibutuhkan jiwa ksatria dari Menterinya.

Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *