Tue. Jun 24th, 2025

Berita di TV Swasta stok beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) Jakarta terus mengalami defisit. Awal tahun 25.000 an ton, saat ini 14.000 an ton. Biasa, hukum pasar saat permintaan naik tapi pasokan turun, maka harga pun ikut naik. Inflasi bisa naik.

Kenaikan harga beras ini pasti memicu naiknya inflasi. Persis seperti apa yang disampaikan oleh Kepala BPS di Sentul minggu lalu. Ini bisa jadi pemicu munculnya banyak masalah baru jika tidak segera diatasi. Apalagi jika diikuti kepanikan masyarakat.

Konkretnya, penduduk DKI 10,6 juta jiwa (BPS 2023). Anggap 2,5 juta KK. Jika 1 KK membeli beras dadakan massal 100 kg/KK maka setara 250.000 ton beras habis seketika. Padahal stok beras di PIBC Jakarta saat ini tidak sampai 15.000 ton. Harga makin mahal lagi, inflasi makin naik lagi.

Apalagi jika media massa membuat berita yang menarik perhatian. Misal salah satu media online ” Krisis Baru Indonesia Dimulai Dari DKI “. Makin seram saja. Plus jika ditambah dengan bumbu aroma politik, tahun 2023 tahun politik. Merangsang masyarakat beli beras massal.

Situasi seperti ini. Sangat dibutuhkan soliditas para pemimpin formal dan non formal. Mulai Kades hingga Presiden beserta Tokoh Masyarakat lainnya. Begitu juga masyarakat luas dibutuhkan kesadaran tinggi agar tidak terpancing ikut panik beli beras massal nasional.

Paling utama pertama adalah membangun kesadaran berpartisipasi produksi pangan. Apapun wujudnya pangan saat ini sangat bernilai. Karena semua masyarakat di atas bumi lagi serius memikirkan pangannya. Inflasi dan resesi di banyak negara sebab utamanya pangan, selain energi dan lainnya.

Jumlah produksi pangan dunia tidak imbang dengan permintaannya, makanya harga pangan naik. Sehingga ” Neraca Pangan ” sangat penting. Apalagi ” Neraca Beras “. Walaupun nilai pasar besar di Indonesia hanya Rp 10.000/kg x 32 juta ton = Rp 320 triliun/tahun.

Sesungguhnya nilai kapital beras setahun hanya 50% dari devisa yang dihasilkan oleh sawit selama setahun Rp 621 triliun tahun 2022. Tapi jika neraca beras tanpa dijaga ketat bisa jadi sumbu masalah besar. Minimal inflasi dan naiknya biaya hidup, lalu naik pula upah tenaga kerja.

Akhirnya makin mahal lagi pangan Indonesia, tidak hanya termahal di Asean saja. Seperti yang dilaporkan oleh Bank Dunia berulang kali. Sekali lagi, solusinya bukan mencari kambing hitam. Tapi kesadaran berpartisipasi produksi pangan. Ajakan ini bukan karena saya sebagai petani dan peternak.

Menjaga neraca pangan sangat penting. Bukan kaitan inflasi saja. Tapi juga solusi terhadap tingginya prevalensi stunting (kerdil kurang gizi), di negara kita masih 24,4%, terjelek ke-2 di Asean dan terjelek ke-5 di Dunia. Sebab utamanya 23% saat dalam kandungan dan 37% balita kurang protein hewani, ujar Presiden Jokowi di Sentul.

Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *