Thu. Jun 26th, 2025

Sejujurnya, saya paling tidak suka kalau ada pihak yang berani menghakimi masa depan profesi petani dan peternak dianggap ” tidak menjanjikan (suram) “. Lalu minat anak muda turun drastis. Testimoninya saya pribadi.

Kali ini saya berkisah perjalanan 14 tahun terakhir pasca bangkrut Rp 38 miliaran. Tulisan ini tiada maksud menyombongkan diri, membusungkan dada, pamer/riya atau negatif lainnya. Semua masih pada bingkai niat baik bagi kawula muda.

Agar jadi pertimbangan para kawula muda yang minat berusaha di bidang pangan. Karena Indonesia kurang banyak praktisinya. Praktisi pangan adalah rohnya pangan, tiada praktisi maka tiada pangan, tiada juga bangsa kita ini bahkan tanpa kehidupan.

Jauh berubah dari 14 tahun silam Nol Besar, saat ini mengkaryakan banyak orang mengelola kebun ratusan hektar, sapi ratusan ekor dan pabrik pupuk Bio Extrim Hormax. Tahun 2008, tidak punya lahan sejengkal pun. Jika ada yang menuding saya anak konglomerat, itu salah besar.

Jika ada pejabat belum pernah bertani tapi sok membela petani dan ada petani mengeluh akibat tiada pupuk kimia NPK subsidi. Sejujurnya sejak tahun 2008 hingga saat ini saya ” belum pernah ” memakai pupuk kimia NPK subsidi. Belum pernah dapat bansos alsintan dan sapi.

Berusaha menjauhi pupuk NPK subsidi. Untuk membangun karakter diri agar mandiri dengan cara membekali diri ilmu pengetahuan teknologi dan inovasi. Caranya belajar dan belajar langsung praktik. Agar jalan pintas, punya target terukur waktu, kuantitas dan kualitasnya.

Caranya ?

Mutlak apapun caranya harus bisa berbaik hati dengan para ahlinya atau mesra dengan para pakarnya. Ini hal sangat penting dan strategis karena beliaulah pemilik ilmu teknis yang sangat dalam dan luar biasa dibandingkan lainnya, tinggal kita mempraktikkan.

Mutlak apapun caranya, saya harus mesra dengan para praktisi inovatif senior yang sukses. Karena beliaulah yang punya ilmu hikmah dari empirisnya. Ini sangat mahal bernilai. Tahu sebab akibat dari jatuh bangunnya. Tinggal meniru ATP (amati tiru plek) atau ATM (amati tiru modifikasi).

Konkretnya, saya ternak sapi. Sejak masih punya 3 ekor tahun 2018, hingga 700 an ekor 2023. Harus mesra dengan Drh. Nanang, Pak Joko dan lainnya, pemilik sapi ribuan ekor. Beliau punya pengalaman pernah merugi, gagal dan sukses. Termasuk cara paling efisien agar laba dan berkembang.

Begitu juga tani padi, sawit, alpukat, jeruk dan durian. Wajib hukumnya saya harus mesra dengan para pakarnya. Wajib saya harus pernah ke Puslit/Balai Kebun Percobaannya. Tinggal meniru dan mengembangkan di lahan saya. Misal jeruk saya pernah ke Balitjestro Malang, sawit saya pernah ke PPKS Medan dan lainnya.

Begitu juga ke para pakar di perguruan tinggi. Sudah lebih dari 80 kampus saya kunjungi baik mencari ilmu atau saya diundang jadi narasumber kuliah umum hal entrepreneurship. Karena Kampus Pusat Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Tempat ideal mencari solusi juga.

Tapi dengan perjalanan waktu. Ada saja yang suka berpikir kotor seolah saya kapitalis. Padahal masih ecek – ecek. Ini semua saya ikhtiar usaha dengan sungguh – sungguh agar ada hasilnya ( man jadda wajada ). Demi menjabarkan amanah Tuhan, jadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Itu inti hakikatnya.

Caranya konsisten dengan yang dipikirkan ( manacika ), dikatakan ( wacika ) dan dipraktikkan ( kayika ) dalam Tri Kaya Parisudha. Berusaha menjabarkan ajaran Tri Hita Karana yaitu taqwa kepada Sang Pencipta, hormat bermanfaat kepada sesama dan hormat menjaga alam lingkungan yang ada di sekitarnya.

Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *