Sangat penting menyimak acara rakornas di Sentul 3 hari lalu yang dihadiri oleh semua pemimpin negeri ini. Mulai Bupati hingga Presiden. Semua pejabat penting memaparkan banyak hal yang penting, termasuk masalah stunting.
Stunting, kondisi kronis akibat malnutrisi pada balita. Yang ditandai badan kerdil di bawah orang tuanya, retardasi mental kurang cerdas, tidak kompetitif dan untuk membiayai hidupnya sendiri pun terasa berat karena rendah produktivitasnya.
Prosesnya dalam kandungan berperan 23% dari total stunting yang ada. Penyebabnya kurang asupan protein hewani sebanyak 37% pada fase balita. Bisa karena rendah pengetahuan hal stunting pada orang tuanya dan bisa juga karena daya beli pangan bergizi tidak mumpuni.
Prevalensi stunting, data BPS dipaparkan Presiden Jokowi selama 7 tahun terakhir mengalami penurunan sangat berarti. Tahun 2013 ada 37%, tahun 2021 ada 24,4% dan 2023 prediksi 21%. Targetnya tahun 2024 hanya 14%. Walaupun Indonesia terbanyak ke-2 di Asean dan ke-5 di dunia.
Patut diacungi 2 jempol tangan kepada 2 Bupati yang sukses menekan stunting. Suri tauladan nyata. Kabupaten Sumedang Jabar selama 3 tahun bisa turun drastis dari 32% jadi 7% dan Kabupaten Kampar Riau dari 27% jadi 8%. Pertanda punya visi agar rakyatnya kelak sehat dan kompetitif.
Membuktikan bahwa asal ikhtiar hasilnya menggetarkan. Asal bersungguh – sungguh, pasti berhasil ( man jadda wajada ). Asal cepat adaptasi teknologi inovasi seperti Kabupaten Sumedang, cepat hasilnya nyata. Asal sinergis seperti Kabupaten Kampar hasilnya juga nyata.
Pangan bergizi tinggi, utamanya protein hewani sangat strategis perannya. Sehingga pembangunan usaha peternakan dan perikanan jadi salah satu kunci solusinya. Agar murah terjangkau dan tidak impor. Harus dilahirkan banyak praktisi produsennya. Ini rohnya pangan ada pada praktisinya.
Agar bisa menarik anak muda minat jadi praktisi dan harga jual pangan murah. Maka harga pokok produksi (HPP) harus rendah caranya pemerintah serius membangun iklim usahanya sumber protein hewani. Akan sia – sia belaka banyak anak muda yang minat jika tanpa dukungan iklim usaha, karena merugi dan kapok.
Konkretnya, akan malas masuk jadi peternak sapi jika pakannya mahal. Akibat dari bungkil sawit limbah pabrik kelapa sawit (PKS) bahan baku pakan berprotein tinggi jika banyak diekspor. Otomatis rebutan dengan para eksportir lalu mahal. Ujungnya harga sapi protein tinggi jadi mahal juga.
Contoh lagi iklim usaha. Akan makin semangat jadi peternak jika jalan ke arah kandang diperhatikan karena itu infrastruktur tanggung jawab pemerintah. Akan semangat lagi jadi peternak jika bunga kredit bank 2%/tahun seperti di luar negeri dan mudah aksesnya. Karena iklim usaha bagian terpenting bagi pelaku usaha/peternak rohnya pangan berprotein tinggi.
Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630