Pasti kita pernah melihat seseorang yang sesungguhnya pintar, buktinya nilainya bagus bahkan punya gelar akademik pertanda pernah kuliah hingga wisuda. Bukti punya potensi di dalam dirinya ada besar sekali.
Pasti kita juga pernah melihat, ada seseorang punya jejaring yang teramat luas, buktinya di sekitar banyak sahabatnya yang pada sukses. Bukti punya potensi diri yang jauh lebih hebat dari orang lain.
Pasti kita juga pernah melihat seseorang, diberi harta warisan cukup banyak bisa sawah, ruko atau bahkan usaha sedang jalan. Bukti orang tersebut punya potensi sangat hebat dibanding orang lain.
Tapi kita juga pernah melihat orang – orang tersebut, yang hebat semua. Bisa gagal jalan di tempat bahkan habis potensinya tidak produktif yang bermanfaat berkelanjutan. Hingga seperti mundur jauh ke belakang.
Sebab utamanya, karena ” bayu kemauan ” nya tidak dibangunkan. Tidak diberdayakan. Konkretnya hanya bermalasan tidur saja. Habis waktu, kesempatan dan semuanya. Bahkan harapan pun kadang hingga habis.
Fakta itu, ilmu hikmahnya jauh dari harapan untuk jadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Bukannya kelemahan diubah jadi kelebihan, ancaman bukannya dicari sebaliknya ada peluangnya.
Ironisnya, kelebihan dan peluang justru makin jadi kelemahan dan ancaman bagi dirinya. Padahal idealnya, karena punya potensi diri mestinya kekurangan dan ancamannya dijadikan batu ungkit bangkit jadi kelebihan dan peluang emasnya.
Jadilah gagal. Karena tanpa ” bayu kemauan ” keras. Misal malu menyandang gelar tapi menganggur tidak produktif, malu punya warisan justru habis tidak berkembang. Malu bergaul dengan temannya karena pada sukses, dirinya mengkerut.
Lalu apa solusinya agar terantisipasi dan tidak jadi bagian dari kisah ilustrasi di atas ? Tentu butuh ” Motivator Inspirator “. Artinya sosok yang bisa memotivasi berasal dari kisahnya sendiri. Bukan dari buku semata. Agar tahu persis lika – liku detailnya, yang dialami.
Peran Motivator Inspirator sangat penting :
1. Menghidupkan ” bayu kemauan ” keras bagi pemalas tapi punya potensi hebat yang tidak diberdayakan. Agar jadi kebanggaan, bukan justru jadi beban.
2. Menunjukkan kelebihan, kekurangan, ancaman dan peluangnya pada orang – orang calon hebat tersebut, agar sadar dan diberdayakan.
3. Menyulut api semangat membara yang datangnya dari diri sendiri. Agar tidak jadi orang pintar tapi tidur bermalasan lalu gagal, jadi beban. Agar tinggi moril kreatif inovatifnya.
4. Menuntun agar lekas memulai berbuat, mendampingi saat berbuat dan memberi solusi konkret saat menghadapi kesulitan. Berbasis ilmu hikmah atas kisahnya sendiri. Agar preventif.
Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630