Sun. Jun 29th, 2025

Kebetulan saya punya sahabat berasal dari Jepang, Korea Selatan dan Vietnam. Mereka investor di Indonesia, punya pabrik VCO, bulu angsa dan helm. Kadang jumpa di rumah. Ribuan orang karyawan mereka.

Diskusinya sekitar dunia usaha. Tak luput studi banding kebijakan iklim usaha agar tiada pengangguran, itu misalnya. Mereka mengisahkan di negaranya. Bermanfaat. Bisa diambil ilmu hikmah pembelajaran.

Seolah studi banding ke banyak negara langsung ke testimoni praktisinya sebagai end user kebijakannya. Tapi kami non biaya APBN yang banyak. Ehm ! Bagaimana cara negara mereka mengatasi pengangguran, hingga minus lalu impor TKI dari Indonesia ?

Caranya ada 2 hal pendekatannya yaitu :

1. Membangun SDM praktisi/pengusaha inovatif minimal 5% dari penduduknya, kalau bisa sebanyak mungkin. Makin banyak maka dampaknya makin banyak butuh karyawan baru dari pengangguran. Sehingga rakyat terberdayakan.

Agar cipta lapangan kerja menyerap pengangguran dikaryakan agar produktif. Sehingga ekonomi tumbuh, pendapatan per kapita naik, hasil riset peneliti terkomersilkan jadi inovasi yang bermanfaat nyata.

2. Membangun iklim usaha agar tumbuh daya rangsang masyarakat untuk melibatkan diri partisipasi menjadi pengusaha. Yang sudah jadi pengusaha, sudah berjalan, dinaikkan kapasitas perusahaannya. Ini sangat penting.

Agar daya serap ke pengangguran lebih banyak lalu massal. Dengan berbagai macam cara. Sehingga berdampak pada kumulatif produksi nasionalnya. Pengusaha kecil agar jadi menengah dan yang menengah jadi besar.

Caranya ditiadakan bunga bank kredit. Bunga bank jadi tanggungan APBN nya. Toh tidak banyak. Misal strateginya Rp 1.000 triliun maka beban bunga hanya 7%/tahun atau Rp 70 triliun/tahun. Dana Rp 1.000 triliun ini bisa mendongkrak dunia usaha.

Konkretnya, Indonesia jumlah pengusaha 3,41% (Kemenkop UKM). Atau setara 274 juta x 3,41% = 9,3 juta orang pengusaha. Padahal jika karyawan rerata 30 orang saja, mestinya 279 juta orang. Harusnya nol tiada pengangguran dan TKI.

Faktanya masih belasan juta pengangguran dan TKI saat ini. Berarti data pengusaha 3,41% tidak valid atau memang kapasitasnya rendah atau kecil daya serap ke pengangguran. Inilah yang harus di scale up perusahaannya.

Jika semua perusahaan menengah di scale up jadi besar semua maka akan terjadi serapan pengangguran dapat kerja jumlah massal. Contoh andai 40 orang karyawan x 9,3 juta pengusaha kita, jadinya 370 juta orang karyawan. Indonesia jadi impor buruh ke depannya.

Multiplier effects nya masih sangat banyak. Pertumbuhan ekonomi tinggi. Pendapatan per kapita naik tajam karena dari menganggur jadi produktif semua. Pajak berlipat naik tajam massal jadi APBN. Cadangan devisa juga akan meningkat tajam.

Konkretnya peternak biasa sapinya 500 ekor. Jika ada kredit tanpa bunga karena diatasi APBN mau dinaikkan jadi 5.000 ekor. Jika 1.000 orang peternak saja jadi 5 juta indukan. Hanya setara Rp 150 triliun, bunganya hanya Rp 10 triliun/tahun diatasi APBN.

Dari pada selama ini habis puluhan triliunan. Tanpa bekas, impor sapi makin banyak. Ini beda, anak dari 5 juta ekor indukan, yang jantan 2 juta ekor. Maka tanpa impor daging dan sapi yang selama ini 1,5 juta ekor/tahun. Sapi makin berbiak massal. Pengangguran makin banyak terserap.

Misal lagi, cetak kebun buah tropis agar tidak lagi banyak lahan terlantar, pabrik pupuk agar tidak impor, pabrik pangan inovatif misal buah naga jadi powder diekspor ke banyak negara. Semua akan terdongkrak kebutuhan karyawannya, jika di scale up dengan iklim usaha skim bank non bunga.

Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *