Sungguh luar biasa. Hingga saat ini Senin, 25 Juli 2022 pasca penghapusan pungutan ekspor US $ 200/ton oleh Kementerian Keuangan. Sudah lebih dari seminggu lalu.

Tapi harga TBS di pabrik (PKS) masih sekitar Rp 1,2 juta/ton. Walaupun ada yang Rp 1,4 juta/ton dan Rp 1 juta/ton TBS. Harga ini petani rugi Rp 0,6 juta/ton. Karena biaya produksi (HPP) Rp 1,8 juta/ton TBS.

Hingga saat ini juga harga migor kemasan Rp 23 juta/KL. Berarti labanya minimal Rp 10 juta/KL. Karena modal CPO hanya Rp 5,5 juta/ton jika rendemen 20% dari harga TBS Rp 1.100/kg. Harga di pasar global di atas Rp 30 juta/KL. Hemm.

Tata niaga sawit migor ini ” sungguh tidak sehat “. Merusak iklim usaha mematikan ekonomi jutaan KK petani sawit. Terlalu. Sehebat apa pun inovatifnya seorang petani akan suram masa depannya, jika dapat perlakuan tidak adil begini.

Semua rakyat Indonesia pasti masih ingat bahwa pasca pencabutan larangan ekspor. Harga TBS akan kembali Rp 3.000/kg. Tapi hingga saat ini masih Rp 1.100/kg. Derita petani makin meluas. Apalagi PKS yang tutup masih banyak, praktis TBS masih busuk di pohon.

Petani dikorbankan. Tahun 2015 s/d 2021 pungutan ekspor untuk subsidi B30 saja Rp 110 triliun. Khusus 2021 subsidi ke B30 Rp 56 triliun (BPDPKS) saat RDPU di Komisi lV DPR RI. Sekarang harga TBS di bawah biaya produksi akibat kebijakan dari pemerintah. Petani massal merugi terus.

Sekalipun stok CPO sudah 6,1 juta ton saat ini. Kebijakan DMO, DPO, Flush Out US $ 100/ton dan bea keluar US $ 288/ton. Total beban US $ 388/ton. Setara Rp 5,8 juta/ton CPO. Lebih mahal dari harga CPO itu sendiri yang hanya setara Rp 5,5 juta/ton jika TBS Rp 1.100/kg (rendemen 20%).

Ironisnya, hanya demi kebutuhan migor domestik 194.000 KL tetap menghambat 6,1 juta ton belum diekspor. Jadi sebab PKS tutup, harga TBS rendah. Jutaan KK petani terancam bangkrut, anaknya terancam putus sekolah dan kredit KUR macet massal di bank.

Bagaimana detail teknisnya ? Monggo disimak video pada youtube berikut 2,5 menit.

Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630