Dikatakan limbah sesungguhnya hanyalah produk samping yang belum mampu dikelola sebagaimana mestinya yang berimplikasi pada nilai tambah kapital (laba) dan nilai tambah manfaatnya. Tapi karena terkolektif banyak, kadang jadi beban dan masalah sosial yang pada akhirnya jadi sumber pengeluaran.
Berulang kali saya dapat cibiran bibir dengan usaha saya yang motivasinya mengangkat derajat limbah jadi komoditas yang bernilai ekonomi tinggi. Tapi yang mencibirkan bibir biasanya orang yang kategorinya kurang lama begadangnya, kurang pergaulan tahunya hanya merasa dirinya paling hebat dan suka pujian saja.
Agar kawula muda bisa dapat ilmu hikmahnya jadi sumber pembelajaran di Universitas Kehidupan ini. Saya akan kisahkan pengalaman saya pribadi mengawali usaha hingga saat ini masih banyak bernuansa limbah. Mengangkat derajat limbah, tapi tidak terlihat sebagai peluang usaha oleh banyak orang.
1). Tahun 2023 sd sekarang, Limbah Ikan.
Budi daya ikan patin, karena tahu pasarnya sangat besar. Bahan baku pakannya juga sangat besar yaitu limbah nelayan, terjaring ikan asalan kecil berduri. Saya beli dijadikan tepung lalu dicampur dengan dedak sekaligus tapioka jadi pellet pakan ikan. Praktis dalam mutu sama harga lebih murah Rp 5.200/kg dibanding pabrikan.
2) Tahun 2013 sd sekarang, Limbah Sapi.
Berkebun buah naga, jeruk madu, durian, alpukat dan sawit. Karena saya punya hak kekayaan intelektual formulasi biang mikroba Bio Extrim dan Hormax. Butuh pupuk kandang jumlah besar sebagai media biaknya agar jadi pupuk hayati super. Lalu ternak sapi, praktis gratis 7.000 ton/tahun untuk remediasi lahan tandus jadi subur. Bisa menggantikan 1.000 ton NPK/tahun.
3). 2018 sd sekarang, Limbah Pabrik Sawit.
Mengingat kebutuhan pupuk kandang 25.000 ton/tahun. Agar makin bisa menekan harga pokok produksi (HPP) saya integrasikan sapi dan kebun. Ternak sapi, tapi pakannya limbah pabrik sawit PKS bungkil dan solid sawit, selain Gama Umami rumput inovasi UGM Yogyakarta. Awalnya banyak yang protes, tapi belakangan pada ikutan juga. Latah.
4). Tahun 2009 sd sekarang, Lahan Limbah.
Tahun 2008 bangkrut Rp 38 miliar usaha rumah sakit, apotek, klinik dan properti. Lalu fokus bertani inovatif. Menerapkan teknologi remediasi lahan tandus jadi kembali subur hijau produktif jangka panjang. Cetak sawah 21 hektar di Jonggol Bogor dan kebun di pinggiran kota Pangkalan Bun Kalteng, bekas tambang pasir silika. Ratusan hektar, jadi lapangan kerja masyarakat.
5). Tahun 1995 sd 2000, Limbah Cangkang Sawit.
Cangkang sawit, karena melihat menggunung di semua pabrik, tidak laku. Tapi saya lihat batu bara tiap hari diangkut dump truck tronton untuk steam boiler. Saya uji kalori perbandingan antara cangkang sawit dan batu bara, ternyata sama. Praktis bisa jadi supplier minimal 100 ton/hari atau 4 tronton/hari selama 5 tahun. Cangkang (tempurung) sawit mengganti batu bara, perusahaan kertas raksasa senang HPP nya turun drastis dan ramah lingkungan, saya dapat laba Rp 25.000/ton.
6). Tahun 1995 sd 2.000, Limbah Pinang.
Saya lihat banyak pinang berserakan di bawah pohon dan tumbuh liar. Saya uji ekspor ke India dan Jepang. Praktis perusahaan kebun sawit yang dipagar pinang keliling dapat manfaat income. Saya dapat laba karena kontrak 3 tahun. Karena saya sibuk dinas militer pangkat masih Letnan Dua, saya berdayakan pengangguran. Waktupun pakai waktu orang lain. Saya Leadershipnya saja.
7). 1995 sd 2000, Limbah Karung Bekas.
Melihat Kilang Padi terbesar di Prov. Sumut banyak memakai karung baru untuk memanen gabah di sawah. Saya tawari harga 50% nya tapi karung bekas urea dan beras. Karena saya melihat di PTPN IV banyak menumpuk di Gudang. Otomatis Kilang Padi senang, PTPN senang dan apalagi saya juga senang dapat laba tanpa modal. Karena selama 4 tahunan praktis laba lumayan.
8). Tahun 2000 sd 2003, Limbah Tanah Timbun.
Usaha klinik dan apotek di Pangkalan Kerinci Riau lancar. Lalu saya tingkatkan jadi rumah sakit. Karena banyak pasien, ada lahan bukit 6 hektar di depan pabrik raksasa tapi tidak laku terjual. Saya beli tanahnya, lalu saya ratakan untuk dijual ke Pemda yang lagi menimbun jalan lingkar luar. Praktis biaya membangun rumah sakit sebagian besar omzet dari jualan limbah tanah timbun dari bukit yang diratakan setahun lebih.
Kesimpulan bagi kawula muda, jangan terburu memandang kecil dengan orang lain karena merasa sementara waktu di atas bukit, sadarilah bahwa orang banyak di lembah sana sesungguhnya juga sedang memandangmu teramat kecilnya. Tahu diri bahwa mataharimu masih teramat pagi. Butuh proses hingga sore kelak. Tiada yang tahu hari esok kita. Mari bersinergi membangun negeri kita ini.
Salam Inovasi š®š©
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630