Pendidikan formal saya alumni Universitas Airlangga Surabaya. Pendidikan non formal banyak terkait bisnis agro karena sering dapat asupan ilmu langsung dari pakarnya. Dari beberapa kampus, semua sangat penting dan bermanfaat. Selain itu juga pembaca buku. Tiap hari.
Sejak 2010 hingga sekarang 2024, saya juga sebagai dosen tamu di puluhan kampus. Di bidang entrepreneurship, agribisnis utamanya ilmu remediasi maupun formulasi produksi pupuk hayati (mikroba), hormonal/ZPT dan organik, pendidik juga.
Juga sebagai perwira peneliti di Kesehatan TNI AD, hal citronella dan geraniol profilaksis anti malaria. Juga peneliti pribadi. Produk inovasi saya di pasar Hormax, Organox, Bomax, Raja Rhizo dan Bio Extrim. Selain 7 merk dagang milik orang lain, formulasinya saya.
Sejujurnya, selaku pendidik prihatin dan ikut bertanggung jawab atas minimnya jumlah pebisnis hanya 3,47%. Hingga banyak impor pebisnis sebagai investor (PMA). Juga banyak pengangguran hingga banyak jadi TKI, karena kurang lapangan kerja.
Juga prihatin banyak hasil penelitian hanya menumpuk di lemari. Tidak jadi inovasi membumi. Multi sebab. Tidak marketable dampak tiada intelijen pasar pada pra penelitian. Lalu pendidikan dan penelitian dianggap sebab daya saing kita rendah.
Berikut ini contoh konkret. Testimoni pengalaman pribadi. Menggelikan tapi juga bisa diambil ilmu hikmahnya. Agar jadi bahan pembelajaran. Bahan mawas diri dan kaji ulang. Kenapa alumni perguruan tinggi sangat sedikit yang jadi pebisnis.
Tahun 2012, mengajar pascasarjana S2 di PTN Top di Jabar. Judulnya ” Mengawali Agribisnis dari Titik Nol “. Semua semangat luar biasa. Semua mau jadi pebisnis agar bisa cipta lapangan kerja, bayar pajak jumlah besar, donatur dan lainnya.
Habis mengajar. Ada yang mendekat memohon agar berkenan makan bersama. Sebanyak 7 orang mahasiswi semua. Di rumah makan, saya ditanya lebih detail ” caranya “. Saat jual karung bekas, ekspor pinang, jual kayu teh dan lainnya. Seperti tidak percaya saja awalnya.
Tahun 2014, dapat undangan di PTN Top juga. Di Jateng. Pembekalan Wisudawan. Di atas 2.000 orang. Judulnya ” Cara Membangun Nyali Berbisnis “. Semua semangat mau jadi pebisnis agar negeri ini cepat majunya. Agar tidak impor investor (PMA).
Sebelum tampil, diskusi di Ruang VIP. Para dosen berharap agar alumninya pada jadi pebisnis. Tapi saat acara pembekalan entrepreneurship, saya tanya semalam pembekalan bidang apa. Di jawab, katanya diajari cara membuat lamaran memakai bahasa Inggris.
Tahun 2018, ada undangan kuliah umum entrepreneurship. Di Sumatera. Lahan kampusnya di atas 600 hektar. Saya dimintai saran pendapat oleh Dekan Fakultas Pertanian. Lalu saya jawab lugas saja. Jika lahan 600 hektar ditanam Manggis, jengkol atau Sawit. Hanya 500 hektar saja.
Maka omzet minimal Rp 30 miliar/tahun. Dari pada semak belukar tanaman liar akasia. Non produktif. Tidak edukatif. Akan berubah total jika ditanam intensif manggis, sawit dan jengkol. Bisa jadi pemasukan dan obyek penelitian. Membangun karakter peduli.
Tahun 2018, ada 2 anak mahasiswa. Melakukan penelitian di usaha saya. Mau meneliti hal pupuk organik, hayati dan kimia anorganik. Saya tanya, bukankah sudah banyak di Google. Katanya yang penting ada penelitian. Agar cepat lulus cari kerja. Tapi ingin jadi pebisnis.
Hem, saya tanya kenapa tidak meneliti hal baru saja. Misal cara membuat benih okulasi agar mudah dipasarkan atau cara memasarkan bibit inovasi kultur jaringan maupun okulasi. Lalu anda kembangkan agar cepat jadi pebisnis. Sehingga risetnya nyata bermanfaat.
Seorang peneliti ngakunya sudah senior. Telpon saya sudah habis puluhan miliar dana APBN selama jadi peneliti puluhan tahun dan punya hak paten kekayaan intelektual puluhan jumlahnya. Tapi setelah saya tanya, satu produknya yang jadi inovasi membumi ada di pasar.
Dijawab ketus. Terkesan marah tersinggung, padahal saya tanya niat baik karena diajak kerja sama agar mau investasi. Ternyata belum ada satupun hasil penelitiannya yang jadi inovasi wujud produk di pasar. Tidak cocok dengan hebohnya di group medsos. Hem.
Tentu di balik kisah di atas yang kaya ilmu hikmah bahan mawas diri. Banyak juga anak muda karena berpendidikan tinggi, bisnisnya cepat meroket. Walaupun, ibaratnya baru ” kemaren sore ” mengawali jadi pebisnis. Jatuh bangun itu pasti harus dilewati. Sing penting ending, nyatane.
Salam 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630