Fri. Jun 27th, 2025

Percepatan majunya usaha sangat dipengaruhi oleh percepatan kemampuan adaptasi terhadap hasil inovasi. Ini sangat penting sekali. Bahkan banyak perusahaan besar sering kali membuat doktrin inovasi atau mati, karena kalah berkompetisi.

Artinya hanya ada 2 pilihan saja. Pilihan 1 harus inovatif. Pilihan kedua usahanya mati tidak lestari berkelanjutan. Karena kalah bersaing di pasar baik mutu, harga atau apa pun juga. Itu yang ditanamkan oleh perusahaan, agar gigih berinovasi.

Inovasi hakikatnya komersialisasi hasil riset (invensi). Agar bermanfaat nyata bagi masyarakat. Selain menambah laba untuk modal riset lagi, yang lebih banyak lagi. Terus dan terus seperti itu, menggelinding makin besar labanya terkolektif, bagai bola salju.

Contoh ;

1. Seorang sahabat punya kebun durian. Cukup lama sulit keluar bunganya, padahal lazimnya sudah harus berulang kali berbuah. Berkat inovatif dengan formula Bio Extrim, Hormax, Korn Kali dan Karate. Maka kebun durian pun berbunga lebat dan jadi buah. Artinya produktif jauh dibandingkan sebelumnya.

2. Seorang sahabat, karena tahu banyak permintaan kelapa muda dan gula merah hingga kita impor dari Burma dan Vietnam. Lalu menanam Kelapa Genjah Entok. Hanya 30 bulan sudah panen, buahnya hingga ke tanah. Dampaknya biaya produksi murah, tanpa memanjat dan hasil berlimpah. Jadi suri tauladan masyarakatnya.

3. Seorang sahabat, peternak. Sadar betul bahwa 70% biaya produksi berasal dari pakannya. Lalu menanam hijauan pakan sapi hasil inovasi dari UGM Yogyakarta Gama Umami, kadar protein 16% dan biomassa 700 ton/ha/tahun. Lokasi sedekat mungkin dari palungan pakan agar tanpa ongkos kirim dan bermutu tinggi.

4. Seorang sahabat petani sawit terinspirasi. Bahwa ternyata memakai benih asalan ilegal hanya dapat 14 ton/ha/tahun itu pun potongan di pabrik besar akibat rendemen CPO nya kecil. Padahal memakai benih inovasi DxP PPKS 540 bisa 32 ton rendemen 27%. Lalu dibongkar tanam ulang dengan benih inovasi.

5. Seorang sahabat petani padi, kelelahan bertani karena sebelumnya non inovatif. Hanya dipupuk NPK kimia dengan emosi. Hasilnya remis kadang merugi. Setelah kombinasi pupuk organik, pupuk hayati Bio Extrim, hormonal Hormax, Dolomit dan NPK kimia sedikit saja. Benih pun hasil inovasi. Kaget luar biasa bisa 9 ton GKP/ha, berbiaya rendah.

6. Seorang sahabat pemain industri hilir, off taker buah tropis. Karena buah naga dan mangga berlimpah, harga murah di Indonesia. Kalau dijual segar kalah bersaing di pasar global. Karena kadar air tinggi dan mudah busuk. Lalu berinovasi jadi powder siap seduh dan keripik vakum. Hemm, langsung jadi rebutan di Eropa. Pesanan berlimpah.

Kesimpulannya berkat berusaha tetap melakukan riset/penelitian lalu dikomersialisasikan. Agar jadi inovasi. Berdampak langsung, harga pokok produksi (HPP) rendah. Indeks biayanya murah. Lalu kompetitif dan usaha pun tiada mati. Lestari. Bahkan berkembang pesat kumpulan dari laba menambah modal investasi ekspansi lagi.

Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *